Malam selanjutnya terasa hangat. Obrolan tak berhenti mengalir di siang maupun malam. Mata yang redup itu kembali membundar, bercahaya dan menatap dengan hangat. Ahh betapa sejuknya hari-hariku semenjak malam itu. Langkahku terasa ringan. Pipiku merona kemerahan setiap berangkat kerja. Ucapan semangat tiada henti mengalir ke ponsel dan ke telingaku. Ah, seperti ini rasanya jatuh hati? Namun sepertinya Semesta belum mengizinkan aku untuk seanng terlalu lama. Tetiba saja kegoyahan hati datang menghampiri. Apa benar ini jatuh hati? Atau ini hanya pelepasan hati yang tak kesampaian? Atau sekedar mengisi ruang yang kosong karena dulu ada kebiasaan? Kebiasaan saling mengisi, kebiasaan saling menelfon, kebiasaan bertemu, kebiasaan makan di jam 7 malam, kebiasaan telfonan di jam 10 malam. Atau ini hanya kebiasaan saja? Pengisi kebiasaan? Apa yakin ku jatuh hati? Terdiam, sungguh lama aku terdiam mengingat fakta itu. Mungkin, mungkin ini hanya perasaanku saja. Aku ingin tenang, aku ingin ...
Cerita Stres Zaman Ketumbar Sampai Jadi Anak Rantau