Langsung ke konten utama

Teriakan #AyoHijrah, Komitmen untuk Berubah dan Bank Muamalat




Suasana di Makkah (dok www.sauditourism.sa)



Semenjak awal tahun 2019, beberapa rekan mulai menunjukan perubahan dengan berkata #AyoHijrah. Hatiku bertanya-tanya, apakah hijrah harus total atau bisa sedikit demi sedikit?

Pengetahuan agama saya tidaklah sekental rekan-rekan yang dahulunya satu sepermainan. Namun satu hal yang saya tahu, yaitu dosa dan apa ganjaran akibat perbuatan yang saya lakuan. Baik itu perbuatan baik maupun buruk.

Awal tahun 2018, beragam resolusi diteriakan oleh rekan-rekanku di media sosial. Dengan gencar mereka membagikan ragam nasehat agama dan akun-akun dengan ragam kata-kata mutiara yang menyejukan jiwa. Apakah itu proses dalam menuju lebih baik? Apakah itu menunjukan bahwa orang itu lebih baik dari saya?

Masih saya perhatikan bagaimana orang-orang yang meneriakan #AyoHijrah secara gencar perubahannya di dunia nyata. Walau sebagian besar terlihat memang nyata dan dilakukan, namun  saya masih bertanya-tanya, apa makna #AyoHijrah bagi saya?





Ilustrasi berjilbab (AFP)





Waktu terus berjalan, beragam argumentasi tentang perubahan saya dengarkan dsari beragam umur. Rata-rata mereka memaknai #AyoHijrah adalah perubahan dan bagaimana cara menghargai dan menghormati diri sendiri.

Baiklah, sepertinya saya harus mulai egois. Dalam artian saya memikirkan apa yang telah saya lakukan untuk diri saya selama 25 tahun ini? Apakah hijrah atau menuju perubahan lebih baik sanggup saya pahami dan sanggup saya lakukan?

Kemudian saya membuat daftar apa saja yang harus saya lakukan. Beberapa poin besar seeprti rajin membaca, puasa sunah, salat Duha, dan membaca Alquran masuk ke dalam list saja. Apakah yang saya lakukan ini suatu gerakan #AyoHijrah?

Tak muluk-muluk, saya pun menekankan lagi ke dalam hati untuk mulai memakai jilbab jika di luar rumah. Dulunya sangatsulit saya lakukan, keinginan untuk terekspos alias memperlihatkan 'mahkota' semakin menggebu-gebu. Apalagi bisa pamer di media sosial!

Namun pada suatu hari, saya bertemu dengan anak-anak balita berjilbab yang dengan lancarnya melantunkan ayat Alquran. Saya juga bertemu saudari-saudari yang berpakaian syari'i saling bercengkrama membahas pengajian yang baru saja mereka lewatkan. Dan saya memperhatikan mereka dari atas sampi ke bawah dan hati ini berkata "Betapa hebatnya mereka bisa menahan keinginan dunia. Saya kapan?".

Semenjak itu saya mencoba perlahan menghormati diri saya. Saya mencoba untuk memakai jilba saat di luar rumah, bahkan saat bekerja di lapangan. Ternyata menyenangkan! Ternyata menyejukan! Kenapa saya tidak lakukan ini dari dulu?

Puasa sunah pun mulai saya coba, Senin dan Kamis. Hey, ternyata nafsu makan saya yang menggebu bisa menurun dan saya tidak begitu ambisi melihat makanan. Dan juga jiwa saya mulai tenang, dan pastinya secara pribadi saya juga menghemat pengeluaran untuk makan. Kalau masalah pahala atau apakah puasa saya bernilai? Saya serahkan kepada Yang Maha Pengasih dan Penyayang.


Sekarang pun, saya masih berusaha melakukan kegiatan yang ada di daftar saya yang sangat sederhana itu. Tidak muluk-muluk, saya mencoba perlahan untuk #AyoHijrah demi kebaikan diri saya.

Ternyata, gerakan #AyoHijrah juga dilakukan Bank Muamalat. Saya baru tahu, ternyata ada bank yang meneriakan gerakan #AyoHijrah ini. Apakah saya satu jalan dengan Bank Muamalat?

Saya mencoba mencari tahu #AyoHijrah di website Bank Muamalat Indonesia dan ada satu kalimat yang saya sukai dan seperjalanan dengan saya. Yaitu "..... untuk bersama-sama selalu meningkatkan diri ke arah yang lebih baik dalam segala hal". Semua orang, semua kalangan berhak bahkan wajib melakukan ini, terlepas dari apapun agama atau keyakinannya bukan?

Namun balik lagi ke dalam konteks Bank Muamalat yang fokus dalam perbankan. Tentu saja Bank Muamalat secara tegas mengatakan bahwa mereka bergerak pada prinsip-prinsip ekonomi syariah dan diawasi oleh Dewan Pengawas Syariah.

Saya belum menjadi nasabah Bank Muamalat. Namun nama Bank Muamalat tidaklah asing bahkan sangat familiar bagi saya. Dari nama dan ikon bank, kita tahu bank ini menjalankan prinsip ekonomi syariah. Serta Bank Muamalat juga punya layanan lengkap yang mempermudah kita untuk transaksi. Seperti  Mobile Banking, Internet Banking Muamalat dan jaringan ATM dan Kantor Cabang hingga ke luar negeri.

Salah satu layanan Bank Muamalat (dok Bank Muamalat)

Saya telusuri lebih dalam, ternyata banyak layanan yang bisa kita pilih di Bank Muamalat. Ada tabungan haji, tabungan haji dan umrah, tabungan rencana, tabungan prima dan lainnya. Semuanya ada memenuhi kebutuhan yang ingin dipenuhi nasabah yang ingin uangnya bergerak secara ekonomi syariah. Sebagai kaum milenials saya harus punya tujuan sesuai ajaran agama, menabung dan mempersipkan diri untuk rencana ke depannya, bukan?

Melakukan perubahan, tidak hanya dari fisik saja bukan? Namun juga hati, pikiran butuh juga untuk berubah secara perlahan dan komitmen penuh. Seperti prinsip yang dijalankan Bank Muamalat dengan gerakan #AyoHijrah. Dengan adanya seruan ini Bank Muamalat mengajak masyarakat untuk terus meningkatkan diri dalam berbagai bidang, khususnya mulai berpindah menggunakan layanan bank syariah untuk hidup yang lebih tenang dan berkah.

Kenapa saya tidak coba mengenal ekonomi syariah dan uang berkah itu seperti apa ya?
















Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dari Jumat ke Jumat: Siapa kamu? (5)

Puluhan Jumat berlalu begitu saja. Jiwa ku kembali tenang dan tidak ada lagi gejolak yang berarti. Dan kau pemilik mata, yang namanya saja bibirku bergetar menyebutnya, semoga kau berbahagia selalu. Semenjak malam itu aku sadar, bahwa kita berada di dua dimensi yang belum pernah kita pertemukan. Dimensi yang kita paksa untuk tidak bertemu, karena kondisi yang ada. Tapi tidak masalah, aku menikmati setiap getaran yang kau berikan. Terkadang aku menyesali pertemuan mata kita kala itu. Toh, akhirnya kita juga memisahkan mata ini dan pura-pura tidak tahu kan? Aku ralat, bukan 'kita', tapi hanya aku seorang. Sedih juga ya bila diceritakan detail seperti ini? Tapi tidak masalah, kok. Berlalu sudahlah berlalu. Aku menikmati duniaku yang penuh misteri ini. Bagaimana dengan kamu? -- Selamat Tahun Baru! Minggu ini festival yang mempertemukan kita dahulu diadakan kembali. Dan telah aku garis bawahi bahwa kita hanyalah dua manusia yang terlibat urusan kerja. Dalam kesempatan itu kita b...

Dari Jumat ke Jumat: Siapa kamu? (2)

Mata itu. Dua mata dengan sorotan tak biasa yang menembus jiwa tenangku. Berhari-hari jiwa ini tidak karuan. Hanya gara-gara dua bola mata tajam milik kamu. Segala cara sudah aku lakukan supaya tidak lagi memikirkan kamu. Namun, tidak semudah yang aku bayangkan. Mungkin kamu tidak tahu, aku hanyalah lelaki biasa yang disibukan dengan dunia darat dan gunung. Kau sebutkan saja nama-nama gunung besar di negeri kita, sudah ku naiki semua itu. Apa yang ingin kau tahu? Macam-macam peralatan yang dibutuhkan naik gunung? Cara survival? Brand-brand outdoor? Alat yang bagus dan cuaca ekstrem? Semuanya aku tahu. Kau ingin menanyakan jalan daerah mana? Pelosok negeri mana? Biar nanti ku antarkan kamu ke sana. Semuanya aku tahu. Yang tidak aku tahu adalah bagaimana cara menghadapi bola mata kamu yang tanpa seizinku bertemu dengan mataku. Yang menembus jiwaku. Dan itu tanpa aba-aba! Beberapa Jumat aku biarkan diriku terjebak rasa ini. Aku ingin memastikan bahwa ini hanyalah sementara. Nanti juga a...

Dari Jumat ke Jumat: Patah (4)

Apapun yang kamu lakukan, aku semakin jatuh cinta. Kamu tahu, dulu aku benci makanan manis, apalagi es krim. Namun karena kamu suka itu, aku pun mencoba menyukainya. Kamu punya kebiasaan jelek. Kamu suka bicara saat sedang mengunyah. Bibirmu dan pipimu sering bertaburan makanan dan es krim. Namun, kenapa kau cantik saat seperti itu? Jemariku akan menuju bibirmu yang lembut. "Makannya yang pelan sayangku," Kamu hanya mengangguk dan mengulang lagi kesalahan yang sama. Betapa menggemaskannya. Pada suatu hari kamu datang marah-marah kepadaku. Di saat itu juga pekerjaanku menumpuk. Kamu melampiaskan marahmu yang tidak terarah kepadaku. Aku meneriaki kamu dengan kata yang tidak sepantasnya. Kamu diam. Kamu menangis. Aku tersentak. Aku memelukmu, mengecup keningmu. Maafkan aku. Jumat terus berlalu dan berganti. Kamu semakin cantik, kamu semakin rewel, dan kamu semakin berambisi. Aku tetap suka. "Dia sudah berubah? Masih asal-asalan bicara?" Ibuku selalu menanyakan bagaim...