Kenapa datang sekarang, kenapa tidak ketika aku siap?
"Hallo Assalamualaikum Nak, selamat ulang tahun. Berkah selalu umur kamu ya," sebuah pesan singkat dari Papa. Aku pun menghirup napas panjang lalu mengusap mata yang tak gatal. Boleh aku tidur lagi?
Tak lama aku meletakan ponsel, tetiba panggila video datang dari sahabatku.
"Mmm... Ya," jawabku malas dengan membiarkan ponsel tergeletak di kasur.
"Woi mana muka lho? Kan mau ngucapin ultah,"
"Ngantuk ah.. ntar siang aja napa sih?"
"Gue siang mau pergi sama suami. Buru!"
Dengan kesal ku perlihatkan mukaku dengan rambut acak-acakan " Udah?"
"Selamat ulang tahun kesayangan kita. Mmuuach! Jangan galau lagi, buru nikah!" teriak sahabatku di seberang sana.
"Jangan bacot ah, gue matiin nih telefon lu! Masih pagi!"
"Hahaha... Jangan marah dong sayang, yaudah mandi sana. Nggak kerja?"
"Kerja. Yaudah sana lu pergi, gue mau mandi!"
Dengan langkah gontai ku menuju kamar mandi yang hanya beberapa langkah dari kasur. Jujur, aku sangat membenci mandi pagi. Kenapa harus mandi sih? Terus apa gunanya parfum? Teriakku dalam hati.
Hari ini hari Jumat. Bertambah sudah usiaku. Sepulang kerja, tak ada kegiatan menarik selain rebahan dan malas-malasan di kasur. Ulang tahun macam apa ini, tidak ada kegiatan spesial yang bisa dilakukan. Sangat begitu jelas betapa single di ulang tahun sangat menyiksa. Ah, seandainya saja....
Tak lama aku meletakan ponsel, tetiba panggila video datang dari sahabatku.
"Mmm... Ya," jawabku malas dengan membiarkan ponsel tergeletak di kasur.
"Woi mana muka lho? Kan mau ngucapin ultah,"
"Ngantuk ah.. ntar siang aja napa sih?"
"Gue siang mau pergi sama suami. Buru!"
Dengan kesal ku perlihatkan mukaku dengan rambut acak-acakan " Udah?"
"Selamat ulang tahun kesayangan kita. Mmuuach! Jangan galau lagi, buru nikah!" teriak sahabatku di seberang sana.
"Jangan bacot ah, gue matiin nih telefon lu! Masih pagi!"
"Hahaha... Jangan marah dong sayang, yaudah mandi sana. Nggak kerja?"
"Kerja. Yaudah sana lu pergi, gue mau mandi!"
Dengan langkah gontai ku menuju kamar mandi yang hanya beberapa langkah dari kasur. Jujur, aku sangat membenci mandi pagi. Kenapa harus mandi sih? Terus apa gunanya parfum? Teriakku dalam hati.
Hari ini hari Jumat. Bertambah sudah usiaku. Sepulang kerja, tak ada kegiatan menarik selain rebahan dan malas-malasan di kasur. Ulang tahun macam apa ini, tidak ada kegiatan spesial yang bisa dilakukan. Sangat begitu jelas betapa single di ulang tahun sangat menyiksa. Ah, seandainya saja....
Tak lama kemudian ponselku bergetar, sebuah pesan masuk.
"Hoi Junior durhaka! Ulang tahun kok diam-diam aja sih? Selamat ulang tahun!"
Senyumku mengambang. Sebuah pesan dari seniorku saat kuliah dahulu.
"Woi bang. Traktir dong. Gaji dua digit jangan disimpan-simpan kenapa,"
"Sialan lo! Buru ganti baju, satu jam lagi gue jemput ke kosan,"
"Eh seriusan?"
"Buru! Jam 7 gue jalan,"
"Okeyyy bosskuueeee,"
------
Kulihat seorang pria berkemeja dongker, jeans hitam lengkap dengan sneakernya menunggu di atas motor tepat depan kosanku.
"Buset, tampan amat. Ngapain pakai kemeja dah. Gue kausan doang ini," ucapku sembari memegang kemejanya yang begitu rapi di tubuhnya yang kurus tinggi itu.
"Ya sesekali tak apalah. Nih pakai," sembari menyodorkan helm kepadaku.
"Hoi Junior durhaka! Ulang tahun kok diam-diam aja sih? Selamat ulang tahun!"
Senyumku mengambang. Sebuah pesan dari seniorku saat kuliah dahulu.
"Woi bang. Traktir dong. Gaji dua digit jangan disimpan-simpan kenapa,"
"Sialan lo! Buru ganti baju, satu jam lagi gue jemput ke kosan,"
"Eh seriusan?"
"Buru! Jam 7 gue jalan,"
"Okeyyy bosskuueeee,"
------
Kulihat seorang pria berkemeja dongker, jeans hitam lengkap dengan sneakernya menunggu di atas motor tepat depan kosanku.
"Buset, tampan amat. Ngapain pakai kemeja dah. Gue kausan doang ini," ucapku sembari memegang kemejanya yang begitu rapi di tubuhnya yang kurus tinggi itu.
"Ya sesekali tak apalah. Nih pakai," sembari menyodorkan helm kepadaku.
Perlu kamu tahu, bukannya ingin drama tapi aku selalu kesulitan saat mengaitkan tali helm. Dulu, dia (mantan kekasih ya.. bukan senior ku ini) selalu memakaikan helm dan menarik talinya dengan erat. Aku hanya perlu diam, menyodorkan kepalaku dan tangannya akan sigap membereskan kepala di kepalaku. Sesekali dia bercanda sembari mencium keningku. Sial, harus banget nih mengenang masa lalu?
"Dari dulu ya elo nggak bisa-bisa pakai tali helm. Sini gue bantu," tetiba tangan senior gue memasangkan tali helm.
"Hehehe. Makasih lho," akupun senyum cengengesan.
"Mau makan apa? Bakso?"
"Yaelah bang, kalau bakso gue nggak perlu minta traktir. Masih mampu gaji UMR gue!"
"Hahaha. Steak?"
"Good choice! Let's go!"
"Dasar!" Kamipun berangkat menuju salah satu mal di Jakarta dengan obrolan penuh tawa sepanjang perjalanan.
Sedikit kukenalkan pria berkemeja donker ini. Dia senior di kampusku dan kita satu kampung halaman. Kebetulan juga sesama bekerja di Jakarta dan sering hangout bareng.
Dulu... dulu sekali sempat aku tertarik kepada pria ini. Tapi buru-buruku sadarkan diriku karena dia sudah punya pacar. dan aku juga disibukan dengan urusan lain Ya terpaksalah hubungan senior junior yang akrab hingga sekarang. Tapi itu dulu, sekilas seperti angin.
Sembari menunggu pesanan, kamipun memulai obrolan dengan pekerjaan, nostalgia kuliah dan lainnya. Sampai akhirnya kita membicarakan pasangan.
"Gimana pacar lo? Kapan nikah?"
"Harus banget nih Pak nanya nikah di ulang tahun?" jawabku kesal.
"Lho, kok kesal?"
"Gue udah putus. Jomblo ini!" jawabku singkat sembari mengunyah daging steak yang nikmat ini.
"Pelan-pelan makannya.... Serius elo putus?"
"Yop. Elo gimana? Jadi nikah tahun ini?"
"Nggak. Gue udah putus juga," jawabnya sembari tertawa. Hampir saja aku tersedak daging. Sial!
"Hmm.. serius? Kok bisa?"
"Ya bisa dong! Lo kok bisa? Udah bertahun pacarankan kalian berdua?
"Ya bisa dong!" jawabku sembari senyum mengejek.
"Sialan!" Kamipun tertawa. Setelah perut terisi penuh, kamipun melanjutkan obrolan di salah satu tempat ngopi yang ada di sana. Tak henti-henti mulut ini mengoceh membahas mantan dan pekerjaan. Banyak bahas mantan sih ya. Hahaha!
Jam sudah menunjukan pukul 10 malam. Obrolan ini terpaksa diakhiri karena kami sama-sama kebelet ke toilet.
"Bentar.. bentar. Gue kebelet. Dari tadi ini nahan..."
"Sama bang. Keasyikan ngobrol sih," kamipun berlari menuju toilet tanpa peduli orang-orang yang melihat sembari bisik-bisik.
Ternyata aku duluan keluar dari toilet. Smebari menunggu seniorku keluar, akupun menyibukan diri dengan membuka dan membalas beberapa pesan Whatsapp yang masuk dari tadi. Sesekali akupun melihat ke terowongan memastikan seniorku tidak melihatku berdiri di depan.
Saat aku memperhatikan terowongan kedua kalinya aku melihat sosok yang sedang membetulkan letak kacamatanya. Kemudian dia merapikan rambutnya dan menegakan kepalanya sembari berjalan santai. Buset, ganteng juga nih cowok!
Beberapa detik kemudian, aku terperanjat karena pria yang baru saja kukagumi adalah seniorku. Sial! Jantungku tidak karuan, berdentang sangat kencang. Bisa ku rasakan darah di badanku mengalir kencang ke otak supaya aku tetap sadar.
"Woi melamun. Ayok!"
"Eh..anu... astaga iya iya,"
"Kenapa lu? Liat hantu?"
"Nggak nggak..,"
Kulangkahkan kakiku sembari mengumpulkan kesadaranku yang belum juga penuh. Aduh, aku kenapa sih!
Komentar
Posting Komentar