Langsung ke konten utama

Apa Rasanya Naik Pesawat?






Berpergian dengan pesawat mungkin tidak semua orang bisa menikmatinya. Ada yang memang belum ingin naik pesawat dan juga belum ada kesempatan mencoba.

Dulu bagi saya naik pesawat adalah momen yang tidak mungkin bisa saya lakukan. Sebagai anak desa yagn besar dengan uang bertani dan upah menjahit, bisa sekolah dengan nyaman dan makan yang lengkap adalah kecukupan yang patut saya syukuri.

Dulu, saat auman mesin pesawat yang melintas di atas langit sekolah terdengar, berbondong-bondonglah saya bersama kawan-kawasan keluar kelas sembari berteriak "pesawat.. pesawat," dan menegadahkan kepala sambil mengikuti laju pesawat yang semakin menjauh. Setelah lenyap masuk ke awan, kami pun masuk kembali ke dalam kelas.

Mungkin bagi sebagian orang naik pesawat adalah hal yang biasa atau bahkan lumrah dalam kesehariannya. Liburan naik pesawat, menuju ibukota adalah hal yang membanggakan dan patut dipamerkan kepada kawan-kawan. Apalagi ada foto saat di bandara mengenakan jaket jeans dan kepala diletakan kacamata hitam. Serasa paling gaul sejagad raya deh!

Sebagai anak desa, saya tak berani berangan-angan membayangkan naik pesawat. Biaya yang mahal dan yakin akan ketidakmungkinan terjadi, menjadi penghambat saya untuk berfikir betapa menyenangkannyanya naik pesawat.

Beberapa waktu lalu saya telfonan dnegan kawan karib dan cerita soal pekerjaan. Terseliplan satu pertanyaan di sela percakapan kami. Dia bertanya " Gimana rasanya naik pesawat? Kamu enak ya bisa naik pesawat," ujarnya.

Pertanyaan yagn sama juga diujarkan ibu saya tatkala kami menggunjingkan tetangga kami yang sering bolak-balik pergi umrah. Ibu saya pun bertanya "Apa rasannya naik pepsawat ya Uni? Kapan ya Mama bisa naik pesawat,"

Sebelum saya memberikan jabaran rasanya naik pesawat, saya akan cerita dahulu pengalaman pertama kali naik pesawat. Tepatnya 2,5 tahun yang lalu, dikala pertama kali merantau.

Setelah merayakan momen wisuda di Padang, seminggu kemudian saya berangkat ke Jakarta untuk mengadu nasib. Tentu saja saya pergi dengan pesawat yang tiketnya dibelikan oleh saudara saya. Katanya dia sudah ada niat untuk sedekah kepada saya tatkala saya tamat kuliah. tentu saya senang dan bahagian bisa merantau dnegan pesawat.

Momen yang ditungu pun datang. Diantar oleh rekan-rekan saya pun menuju bandara. Saya tertegun, karena saya dulunya hanya bisa masuk ke dalam kawasan bandara saat mobil travel yang saya tumpangi menjemput penumpang di bandara. Itupun saya melihat dari parkiran. Betapa menghibanya saya bukan?

Oh ya, sebelum terbang saya pun mencari di Google 'langkah sebelum naik pesawat'. Ya maklumlah, saya tidak tahu tata cara naik pesawat yang benar. Takut nanti terkesan kampungan walau saya memang anak kampung.

Setelah mendapatkan ragam informasi saya pun sampai di bandara dan menjumpai sodara saya yang telah menunggu di pinu masuk ke bandara.

Baiklah saya akan berbagi dengan sahabat villager saya, apa yang perlu dipersiapkan sebelum naik pesawat.

1. Persiapkan KTP dan tiket pesawat dan perlihatkan kepada petugas saat mau masuk ke dalam bandara.
2. Lewati mesin pemeriksaan dengan melepaskan semua logam di badan.
3. Menuju konter check in sesuai maskapai yang tertera di tiket
4. Menuju gate boarding
5. Silahkan menunggu pesawat dan jangan sampai salah naik pesawat.

Saya yang pertama kali masuk bandara pun langsung celingak celinguk sampai saya diteriaki oleh saudara saya karena saya melihat kemana-kemana. Ya, bagaimanapun ini adalah momen pertama saya di bandara dan saya tidak ingin melewatkan satu detailpun sudut bandara.

Pesawat saya pun gatenya dibuka. Setelah tiket boarding saya disobek, saya pun menuju lorong ke pintu pesawat. Menuju ke sana pun saya kembali ternganga-nganga karena melihat begitu banyak pesawat berjejer di landasan. Wow, besar sekali ternyata pesawat ini ya.

Dan kembali saya berciloteh dan diteriaki oleh saudara saya. " jangan seperti orang kampung ah!" Tapi saya masa bodo, karena saya memang orang kampung yang pertama kali naik pesawat.

Sampai di dalam, saya scan semua sisi pesawat sembari mencari bangku sesuai tiket. Tanpa pikir panjang saya pun duduk dan meresapi rasanya duduk di bangku pesawat.

Saya pun memperhatikan orang sekitar dan terlihat orang-orang langsung mengenakan seat belt. Saya juga tak mau kalah, saya pun langsung mengenakan sabuk dengan mantap!

Sampailah detik-detik pesawat mau terbang. Para pramugari pun berkeliling menghitung penumpang dan mengingatkan penumpang membetulkan posisi bangku dan mengenakan sabuk. Saat pramugari memperagakan adegan keselamatan, saya dengan detail dan mata fokus menatap dengan penuh semangat setiap gerak-gerik si pramugari. Dan tak lupa saya mengangguk-angguk menunjukan saya paham.

Akhirnya, pesawat mau tinggal alndas. Mesin pesawat semakin terdengar menderu. Saya mulai berdoa dalam hati "Ya Allah, saya mau naik pesawat sering-sering. Biar saya tidak seperti orang kampung lagi. Amin,"

Deru mesin smeakin kencang, pesawat pun berjalan smeakin cepat dan wuuuuusssssssss... Pesawatpun landas!

Saya yang pertama kali naik peaswatpun merasa tetantang dan menikmati momen ini. Saya tak boleh menangis dan takut! Nikmati dan nikmati momen ini. Pesawatpun menukik ke atas secara perlahan. Wah, enak juga!

Apa rasanya? Sederhananya analogi rasanya seperti naik ayunan dalam kecepatan tinggi. Saat kamu mendorong cepat dan mengudara sangat tinggi, kurang lebih rasanya seperti itu. Wuusss saat itu perut terasa sedikit "milin-milin'. Ya seperti itulah rasanya jika dicari perumpamaan.

Saat pesawat sudah mengudara, rasanya sama seperti menaiki bus. Sesekali bergoyang karena melewati segumpal asap raksasa. Jika dekat jendela, kamu akan bisa lihat betapa birunya langit dan kecilnya rumah-rumah.

Saat pertama kali naik pesawat, yang saya perhatikan adalah awan. Akhirnya saya bisa melihat awan dari dekat. Saya bahagia!

Pesawatpun mendarat dan penasaran kan bagaimana rasanya sat pesawat mendarat? Perumpamaannya seperti saat main jungkit-jungkitan. Saat dudukan kamu menghantam tanah, nah seperti itulah rasanya saat roda pesawat menyentuh landasan. Brugghh.

Penutup cerita, saat ini Tuhan pun telah mengabulkan doa saya untuk sering-sering naik pesawat hingga saya tidak gagap lagi naik pesawat. Begitulah ceritanya. Jangan tertawakan betapa kampungannya cerita saya.







































Komentar

Postingan populer dari blog ini

DJKJ: Yang Datang Tiba-tiba (5)

Runtuh semua pertahananku. Runtuh seruntuh-runtuhnya Hati yang ku larang untuk rindu, kembali bergejolak. Sakit, sangat sakit! Malam itu aku tumpahkan semua umpatan yang ada di kepalaku.  Semua binatang yang menjadi tujuan ku lontarkan ke udara. Anjing! Malam itu aku menangis sejadi-jadinya. Sesak! Sangat sesak!   Hatiku serasa dicabik-cabik oleh kenyataan bahwa aku belum bisa lepas dari bayangan dia sedangkan otakku ingin meraih dekapan lain. Tapi hati tidak bisa berbohong otakku tak bisa mengalahkan hati yang terpaut sakit dan waktu. Hati ini terlalu lama dikekang satu bayangan hingga dia untuk berpindah butuh waktu, Ku tarik nafas dalam-dalam dan coba menenangkan hati. Tuhan, aku tak sanggup menahan sakit seperti ini lebih lama! Aku tak ingin membawa orang lain terlibat dalam kekacauan ini.   Aku harus melepas semua ini pergi. Tak terkecuali! Aku ingin hidup tenang Tuhan! Aku ingin hidup tenang! Ku raih ponsel yang baru saja ku hempaskan dengan kasar ke dinding kamarku...

Jelong-jelong ke Dua di Cebu, Filipina

Fort San Pedro di Cebu, Filipina Memasuki hari ke dua di Cebu, Filipina. Kegiatan kita hari adalah berkunjung ke sebuah pabrik olahan buah tropis bernama Profood International Corporation. Perusahaan ini memiliki tur bagi wisatawan yang penasaran dengan cara kerja perusahaan yang bergerak dalam pengeringan buah ini. Siapapun yang ingin datang bisa saja dan harus booking seminggu sebelum kedatangan. Tepat jam 5 gue bangun berkat alarm roomate gue, Riska yang membahana. Dengan tubuh pegal warbiasah gue mandi, shalat dan bersiap untuk sarapan di restoran hotel. Kita berangkatlah dengan minibus menuju Mango Factory ini. Sesampai disana kita langsung di ajak keliling mengintip tempat produksi. "No camera guys!" Yah, pada kali ini kita harus menggunakan mata dan telinga langsung. Perusahaan memiliki kebijakan untuk wisatawan agar tidak mengambil gambar di kawasan produksi. Supaya nggk di intip sama saingan kali ya? Kita masuk ke dalam ruang produksi. Gue meli...

segitiga ituu....*mikirr

Suka duka jadi anak kos itu pasti adalah ya,  dimana kadang kala kita harus makan nasi putih aja, nggak mandi kuliah karena lampu mati *otomatis air juga ikutan mati, makan bareng dan sebagainya. Sebagai anak kos yang baru berumur setampuk pinang, yaa sekitar 8 bulan kurang lah, gue mengalami berbagai hal yang bisa jadi pernah dialami oleh cewek kos lainnya. Awal-awal masuk ke dalam kos-kosan gue cukup terkejut karena gue harus ngurus semua hal sendiri, mulai soal makan, nyuci baju semua hal pokoknya sampai masalah uang. Gue merupakan mahasiswa yang hadir karena beasiswa, soo Indonesia teerimakasih telah membiayai gue. Ehh, ngelantur kemana ini. Di kosan gue ada beberapa kamar mandi dan satu lahan buat ngejemur baju. Dimana berbagai hal menyangkut urusan cewek terjemur disana, mulai dari luar sampai dalam *silahkan dicerdasi yaaaa Di daerah kamar mandi, ini gue berikan sedikit gambaran. Ada dua kamar khusus untuk mandi, dan 2 kamar khusus BAB. Nah kamar-kamar in...