Langsung ke konten utama

7 Jam Naik Kapal ke Banda Neira






Setelah semalam di Kota Ambon, kami pun bersiap-siap menuju pelabuhan untuk naik kapal. Yap! Kami ke Banda Neira menggunakan kapal cooyyy….. Sebenarnya ada dua alternatif yang bisa digunakan menuju ke Banda Neira, menggunakan kapal dan pesawat. Namun untuk pergi, kami menaiki kapal.

Ini dalah pengalaman perdana gue bepergian naik kapal. Sebelumnya gue juga pernah naik kapal, saat pelatihan Water Resque di Padang. Namun, jarak tempuhnya tidak terlalu jauh, hanya 20 menitan saja.

Untuk ke Banda Neira, waktu yang diperlukan sekitar 4-7 jam, tergantung dari cuaca. Namun pada saat keberangkatan gue, cuaca mulai mendung. Tuhan , semoga perjalanan ini aman. Amin. Setelah berdoa, gue pun langsung naik kapal dan duduk di bangku. Gue duduk di bangku VIP. Kalau tidak salah, harga tiket kapal untuk ke Banda Neira mulai dari Rp 420 ribuan. Silahkan lu cari kebenarannya ya.

Tidak banyak hal yang bisa dilakukan di kapal. Hanya menonton TV dan melihat bule-bule yang saling mengobrol. Hampir satu jam perjalanan aman-aman saja. Alfio pun mengajak gue menuju lantai atas untuk cari angin.

Karena memang mendung, dari atas gue hanya melihat air laut dan langit yang mendung saja. Anngin yang cukup kencang berpadu dengan bunyi mesin kapal. Menghasilkan harmoni unik yang ditemani keheningan.

Beberapa bul pun terlihat menikmati suasana ini. Begitupun gue. Lu tahu apa yang gue pikirkan? Gue sekarang berada di laut wilayah timur, masih serasa mimpi.

Memang bagi sebagian orang yang gue alami adalah hal biasa. Namun bagi gue, ini adalah suatu kenikmatan yang nggak pernah terlintas dalam otak dan doa. Terimakasih Ya Allah.

Angin semakin kencang, guepun memutuskan untuk masuk ke dalam. Setelah 30 menit berlalu, kapal pun mulai bergoyang-goyang. Gue kaget dan merasa mual. Hahaha!

FYI aja guys, gue orangnya mabukan. Naik angkot ke kampus aja gue sering mabuk. Parah kan? Apalagi di goyang-goyang di kapal! Perut gue pun mual, gue menahan muntah. Peluh dingin mulai bercucuran di badan, pandangan mata berkunang-kunang. Apakah in namanya CINTA? Apasih!

Gue pun berjalan ke kamar mandi. Yap, namanya juga kamar mandi bersama dan di atas kapal, yaaaaa seadanya dengan bau pesing yang luar biasa! Mau nggak mau gue harus masuk. Hueek!

Ada beberapa kali gue muntah-muntah dan menghirup aroma kamar mandi. Lemes, mata berair, gue pun memaksakan mata untuk tidur. Namun naas, mata gue nggak bisa tidur. Gue kembali ke kamar mandi. Hueeek!

3 jam berlalu….4 jam… 5 jam….. Belum juga sampai. Gue pun nanya ke Alfio, jam berapa sampai. Dengan santainya dia jawab “Sabar bro, dua jam lagi!”

Apa? Jadi gue naik kapal 7 jam? Kembali gue berjalan ke kamar mandi dan huueeeek!

Dengan badan yang semakin lemas, gue paksakan badan untuk masuk ke ruang kapten kapal dan ingin melakukan wawancara. Namun jalan beberapa langkah, keringat dingin kembali bercucuran. Gue nggak sanggup, tungguin kapal berlabuh saja dah!

Tidak berapa lama kemudian, orang-orang pada bersorak kegirangan. Mereka mengambil kamera dan mengatakan “mau sampai woii… lihat tuh gunung woii… waahh cantiknyaa….!”

Gue hanya bisa bergumam dalam hati “Coba kalian di posisi gue, mabukan dan lemes. Apa masih sanggup berteriak-teriak?”

Kapalpun berlabuh. Gue dengan tenaga seadanya ke ruang kapten dan melakukan wawancara. Beberapa menit kemudian Alfio teriak-teriak dari luar kapal.

“Bro.. buruann!”

“Ya sebentar bro! Nanggung!” Setelah sesi wawancara gue ambil ransel dan melempar senyum bersalah. Ternyata orang-orang pada nungguin gue. HHAHAHAHA! SORRY!






Komentar

Postingan populer dari blog ini

DJKJ: Yang Datang Tiba-tiba (5)

Runtuh semua pertahananku. Runtuh seruntuh-runtuhnya Hati yang ku larang untuk rindu, kembali bergejolak. Sakit, sangat sakit! Malam itu aku tumpahkan semua umpatan yang ada di kepalaku.  Semua binatang yang menjadi tujuan ku lontarkan ke udara. Anjing! Malam itu aku menangis sejadi-jadinya. Sesak! Sangat sesak!   Hatiku serasa dicabik-cabik oleh kenyataan bahwa aku belum bisa lepas dari bayangan dia sedangkan otakku ingin meraih dekapan lain. Tapi hati tidak bisa berbohong otakku tak bisa mengalahkan hati yang terpaut sakit dan waktu. Hati ini terlalu lama dikekang satu bayangan hingga dia untuk berpindah butuh waktu, Ku tarik nafas dalam-dalam dan coba menenangkan hati. Tuhan, aku tak sanggup menahan sakit seperti ini lebih lama! Aku tak ingin membawa orang lain terlibat dalam kekacauan ini.   Aku harus melepas semua ini pergi. Tak terkecuali! Aku ingin hidup tenang Tuhan! Aku ingin hidup tenang! Ku raih ponsel yang baru saja ku hempaskan dengan kasar ke dinding kamarku...

ASUS VivoBook Ultra A412DA, Leptop Tipis Kekinian yang Buat Milenials Jatuh Cinta

Kita adalah generasi yang hidup di zaman digital. Butuh semua yang ringkas, cepat dan yang pasti juga bergaya. Zaman yang semakin canggih dan kebutuhan yang semakin menuntut untuk cepat tanggap membuat kita butuh alat pendukung yang juga mumpuni. Salah satunya adalah leptop. Penyimpanan data penting, foto perjalanan, dan juga ragam ide tulisan membuat kita sangat bergantung dengan leptop. Apalagi yang pekerjaannya dalam dunia tulis-menulis seperti jurnalis dan blogger. Sebagai anak milenials yang suka berbagi sesuatu di media sosial dan pekerjaan di dunia tulis-menulis,, saya membutuhkan leptop yang sangat mudah untuk dibawa-bawa. Walaupun ponsel zaman sekarang sudah semakin canggih dengan memori yang juga besar, kebutuhan akan leptop untuk dunia tulis-menulis tidak akan terputuskan. Layar yang fleksibel dan nyaman Seberapa penting sebuah leptop yang mudah dibawa kemana-mana? Sangatlah penting! Memorinya yang besar, baterainya...

Apa Rasanya Naik Pesawat?

Berpergian dengan pesawat mungkin tidak semua orang bisa menikmatinya. Ada yang memang belum ingin naik pesawat dan juga belum ada kesempatan mencoba. Dulu bagi saya naik pesawat adalah momen yang tidak mungkin bisa saya lakukan. Sebagai anak desa yagn besar dengan uang bertani dan upah menjahit, bisa sekolah dengan nyaman dan makan yang lengkap adalah kecukupan yang patut saya syukuri. Dulu, saat auman mesin pesawat yang melintas di atas langit sekolah terdengar, berbondong-bondonglah saya bersama kawan-kawasan keluar kelas sembari berteriak "pesawat.. pesawat," dan menegadahkan kepala sambil mengikuti laju pesawat yang semakin menjauh. Setelah lenyap masuk ke awan, kami pun masuk kembali ke dalam kelas. Mungkin bagi sebagian orang naik pesawat adalah hal yang biasa atau bahkan lumrah dalam kesehariannya. Liburan naik pesawat, menuju ibukota adalah hal yang membanggakan dan patut dipamerkan kepada kawan-kawan. Apalagi ada foto saat di bandara mengenakan jaket ...