Dari tulisan sebelumnya, gue pernah menyebut nama Ibu Monica, teman kamar saat
berada di Ambon. Nah, kali ini gue akan sedikit bercerita sosok yang
berhasil membuat gue malu menjadi anak muda!
Awal pertemuan kita adalah di hotel dan dia adalah teman sekamar gue mulai hari ini dan seminggu ke depan. Awalny gue takut gitu, yaaa secara dalam benak gue orang tua itu membosankan. Namun semua itu sirna tatkala gue berkenalan dengan Ibu Monica.
Sebelum chek in di hotel, Alfio bliang bahwa gue akan sekamar dengan tamu bule. Cidadaw! Kaget dong ya sis, secara akikah bahasa inggris cuma bisa yes and no saja! Tapi mungkin karena Alfio sadar gue sudah resah dan gelisah, dia pun melanjutkan " dii bisa bahasa Indonesia kok. Udah jadi warga Indonesia dia," Hufffffff......
Lo pada bisa bayangin dong gimana perasaan dan pikiran gue sekamar dengan orang tua dan bule pula! Tidak ada bahasa dan kalimat yang cocok untuk mengekpresikan perasaan akikah.
Pintu kamar hotel pun diketuk, dan terlihatlah sosok nenek-nenek bule pada umumnya, tinggi, putih, dan berkaca mata. Gue tanpa pikir panjang langsung mengulurkan tangan saat Alfio berkata "Syanti, ini Ibu Monica," an si ibu juga mengulurkan tangannya, dan berjabat tanganlah kita.
Kemudia gue mempersilahkan Ibu Monica masuk dan Alfio pun kembali ke bandara menjemput bos-nya. Setelah beres-beres barang, gue pun mencoba mengajak Ibu Monica mengobrol.
"Gimana perjalanan bu? Lancar?" ini adalah pertanyaan paling klasik bin basi yang selalu digunakan oleh orang-orang yang kebingungan dan tidak tahu arah!
"lancar. Tadi saya berangkat dengan Garuda, dan dijemput Alfio. Kamu bagaimana?"
"Lancar bu. Tadi aku terbang jam setengah satu pagi,"
"Waw! malam sekali ya,"
Gue pun tersenyum simiriwing!
Waktu magrib pun datang, kita pun menunaikan kewajiban seorang Muslim. OH iya, Ibu Monica seorang Muslim. Dia juga menikah dengan orang Indonesia dan telah memeiliki beberapa orang anak. Sudah lebih 30 tahun dia menjadi warga Indonesia. Dan kesenagnanya adalah traveling dan berkunjung ke tempat sejarah. Keren!
Awal pertemuan kita adalah di hotel dan dia adalah teman sekamar gue mulai hari ini dan seminggu ke depan. Awalny gue takut gitu, yaaa secara dalam benak gue orang tua itu membosankan. Namun semua itu sirna tatkala gue berkenalan dengan Ibu Monica.
Sebelum chek in di hotel, Alfio bliang bahwa gue akan sekamar dengan tamu bule. Cidadaw! Kaget dong ya sis, secara akikah bahasa inggris cuma bisa yes and no saja! Tapi mungkin karena Alfio sadar gue sudah resah dan gelisah, dia pun melanjutkan " dii bisa bahasa Indonesia kok. Udah jadi warga Indonesia dia," Hufffffff......
Lo pada bisa bayangin dong gimana perasaan dan pikiran gue sekamar dengan orang tua dan bule pula! Tidak ada bahasa dan kalimat yang cocok untuk mengekpresikan perasaan akikah.
Pintu kamar hotel pun diketuk, dan terlihatlah sosok nenek-nenek bule pada umumnya, tinggi, putih, dan berkaca mata. Gue tanpa pikir panjang langsung mengulurkan tangan saat Alfio berkata "Syanti, ini Ibu Monica," an si ibu juga mengulurkan tangannya, dan berjabat tanganlah kita.
Kemudia gue mempersilahkan Ibu Monica masuk dan Alfio pun kembali ke bandara menjemput bos-nya. Setelah beres-beres barang, gue pun mencoba mengajak Ibu Monica mengobrol.
"Gimana perjalanan bu? Lancar?" ini adalah pertanyaan paling klasik bin basi yang selalu digunakan oleh orang-orang yang kebingungan dan tidak tahu arah!
"lancar. Tadi saya berangkat dengan Garuda, dan dijemput Alfio. Kamu bagaimana?"
"Lancar bu. Tadi aku terbang jam setengah satu pagi,"
"Waw! malam sekali ya,"
Gue pun tersenyum simiriwing!
Waktu magrib pun datang, kita pun menunaikan kewajiban seorang Muslim. OH iya, Ibu Monica seorang Muslim. Dia juga menikah dengan orang Indonesia dan telah memeiliki beberapa orang anak. Sudah lebih 30 tahun dia menjadi warga Indonesia. Dan kesenagnanya adalah traveling dan berkunjung ke tempat sejarah. Keren!
Setelah shalat
magrib, Alfio pun datang ke kamar dan mengajak kami keluar untuk
makan malam. Di luar ternyata telah ada bosnya Alfio, Ibu Lesca dan
Pak Boma. Ibu Monica pun beribteraksi dan bercerita panjang lebar
bersama mereka. Setelah kami makan, kali kembali ke hotel dan
istirahat untuk berangkat ke Banda Neira.
Sebelum tidur pun gue kembali mengobrol bersama Ibu Monica. Gue semakin kagum dengan sosoknya yang serba tahu dan berpengetahuan luas. Sangat humble dan terbuka kepada genersi muda yang bodoh seperti gua.
Pagi pun datang.
Kaim menuju ke pelabuhan dan menaiki kapal menuju Banda Neira.
Setelh ini gue kakan ceritakan bagaimana perjalan ke Banda Neira.
Di sini gue akan
kembali menegaskan tulisan ini khusus membahas sosok Ibu Monica. Di
Banda Neira gue sekamar sama dia, bepergian selalu duduk dekat dia,
bahkan di meja makan gue nggak aakan jauh dari sosok beliau. Entah
kenapa, sosok Ibu Monica mengingatkan gue sosok Nenek gua yang telah
lama meninggal. Gue nyaman dan bisa melepas rindu bila melihat ibu
Monica.
Selain berkunjung ke
tempat sejarah, Ibu Monica perenang yang sangat handal lho. Lo
bayangin aja, di usia yang sudah senja dia masih semangat berenang
dan traveling kemanapun! Di Banda Neira, asal udah nyemplung ke laur…
byuurrr dia berenang seperti ikan ke sana kemari.
Ibu Monica pernah
bercerita bahwa ketika muda dia adalah seorang penyelam dan sudah
pergi ke laut manapun. Jadi gue tidak heran, dengan sangat cekatan
dia berenang ke sana kemari, walau sekarang dia menggunakan jaket
pelampung .
” saya sudah tua,
tidak sanggup lagi nyelam kaya muda dulu. Snorkling aja deh,”
ujarnya sambil tertaawa.
Gue sebagai gadsi
berumur 24 tahun merasa malu! Berenang nggk bisa apalagi nyelem! Saat
yang lain pada snorkling ujung ke ujung, gue hanya main air deket
kapal. Dan itupun gue pakai jaket pelampung. Ih!
Gue liatin Ibu
Monica, berenang sampai dia sebesar upildi mata gue. Jauh bangeeettt!
Tapi begitulalh dia.
Kalau kecintaan terhadap Indonesia, mungkin gue haeus malu pada nenek bule satu ini. Dia selalu ikut wisata sejarah, kemanapun dan dimanapun. Dia mempelajari bahkan mengenal negara ini lebih baik daripada gue. Kita muda mudi pribumi harus malu, tidak tau apa-apa!
Sedikit dulu
perkenalan dengan Ibu Monica, nanti akan gue bahas lagi dalam
perjalanan Banda Neira.
Komentar
Posting Komentar