Gue nggak tau apa yang salah dalam diri gue, semua hal
tentang gue selalu menjadi bahan yang bagus untuk di hina. Mulai dari badan
yang mengandung unsur lemak, wajah yang pasaran, sampai suara yang berguna
untuk orang sekampung.
Bicara soal suara, gue selalu binggung, ada apa dengan gue?dulu
suara gue sangat imut dan lembut, tapi sekarang suara gue ngebass. Ada apa
Tuhan? Apa ini hukuman buat gue karena gue selalu ngatain guru geografi
sekaligus pembina gue ?
Begini ceritanya...
Ketika gue masih kelas 1 SMA,
kan pelajarannya masih umum tuh, jadi kita belajar geografi, yang di
ajarkan oleh Pak Ali. Guru gue yang satu ini, gue salut sekali dengan
pemikirannya, cara ngajar dan beberapa hal hebat lainnya. Dan beliau memiliki
suara yang luar biasa, setiap nerangin pelajaran, misalnya lo dalam kelas gue
denger si Bapak ngomong, 4 kelas dari sana juga akan ngedenger apa yang di
terangin bapak. Itulah sejatinya kekuatan suara dari pembina gue.
Dan gue adalah murid yang sangat kampret dan selalu. Apa yah,
istilahnya mentertawakan suara guru gue ini. ‘’ gila yah suara bapak Ali, bisa
buat sekampung,’’ itulah olok-olokan yang gue bahas bersama- sama teman gue.
Beberapa hari kemudian, gue baru sadar ternyata suara gue nggak
jauh beda dengan pembina Pramuka gue, mulai membesar dan sangat di luar kendali
sekali. Sadisnya, bisik gue itu sama dengan orang bicara normal.
Tragis! Malang!
Dan hal inilah yang menjadikan gue di sangka tomboy, padahal
sejatinya gue cewek feminim dan imut ( beberapa orang temen-temen gue pasti
muntah baca ini). Dan karena suara gue juga lah, nggak ada cowok berani
ngedeketin gue.
Mereka mikir,’’ gila nih cewek! Lebih maco suara dia di bandingkan
suara gue,’’
Dan seperti biasa, gue malamnya akan bicara dengan bintang dan
angin malam, mengatakan perihal hati yang semakin dalam,
Beeehh...
Ngapain gue berpuisi disini,
Gue akan bilang ama bintang,’’ coy! Ada apa dengan gue? Kapan gue
berlembut suara? kenapa? kenapa? kenapa?’’ lalu gue melakukan tarian hujan.
Dum dum
sya la la la....
Dan dampak dari suara gue ini terasa sekali saat gue dalam
diskusi. Contohnya saat pelajaran Pengantar Filologi, saat itu yang ngajar
adalah Pak Danang ,’’okeh, dimana aja naskah kuno terdapat?’
Dan seperti biasa, kita akan menjawab serentak dengan suara yang
kecil sekali, gue perjelas sekali lagi, sangat keciiiiil sekali,
‘’museum, pustaka, surau dan lainnyya’’ itulah jawaban dari kita,
‘’eh, siapa tadi yang suaranya besar, eh kamu, ya ya ulangi
lagi,’’ lalu sang bapak nunjuk ke arah gue, dan gue hanya bisa nangis dalam hati,’’
suara besar? Perasaan gue udah bisik-bisik tadi ngomongnya,’’
Dan karena suara gue jugalah, yang menjadi suatu ciri yang
memperjelas siapa gue, jika ada yang bertanya kenal dengan gue.
Pada suatu hari, Indri, teman sekelas gue dalam perkuliahan, ngajak
gue ngobrol dan sampai akhirnya dia bercerita ini.
‘’eh Syan, lo tau dengan Randi kan?’’ tanya Indri.
‘’Randi mana?’’
‘’yang satu SMA dengan lo,’’
‘’oh, tau gue. kenapa? Kok lu kenal?
‘’dia teman cowok gue, kemarin nih gue sempet ngobrol dengan dia,’’
‘’ya terus?’’
‘’ dan gue nanyain lo, ‘kenal nggak dengan Syanti’ ’
‘’lalu dia jawab apa?’’
‘’oh tau lah, Syanti yang suaranya besar itu kan?’’ jawab Indri
dengan nada santai, dan memasang wajah polos tanpa memikirkan perasaan gue.
Gue terdiam, gue tatap Indri, ‘’ suara besar ya?’’
Lalu gue lari keliling Unand dan berteriak-teriak ‘’GUE LAPAR! GUE
LAPAR!’’
Dan kita masuk ke dalam wajah gue. Apa yang salah dalam perwajahan
gue, sampai teman sekelas gue SMA ngatain muka gue ’ broken face!’ sungguh gue anak yang sangat malang dalam
perwajahan ini. Dan yang menjadi pelopor gelar ini adalah Memok, Isaik, Tulo,
Nono dan Wewek. Sampai akhirnya satu lokal ikut-ikutan manggil gue dengan nama
itu. Bahkan gelar itu nggak lepas-lepas dari gue, sampai sekarang.
pernah gue buat status di
FB kayak gini,
Ok guys, apa kabar para broken
face? Kangen nih gue ama lo pada!
Lalu gue tags Isaik,
Memok, Tulo, Nono,dan teman gue sekelas lainnya. Dan mereka ngebalesnya kayak
gini,
Memok :
whats? Broken face? Lu aja kaleee...hahaha
gue nggak
ya! Gue baik.. lo gimana?
Isaik :
idihh! Lo aja kalee Dug( nama alay gue ketika
SMA) yang broken, nggak usah
ngajak mahluk cantik kayak kami doonnnkk , iya kan teman-teman? Hahah..(lalu dia ngetag Memok dan cewek
selokal lainnya) guee baikk... lo?
Tulo :
Hidup
broken!
Aida :
Eduugggg....
your face broken my chanel!
Wewek :
Hahahah...
ikeerrr ( nama alay gue lainnya) youurr
faceee pleasee!
Memok :
Hahaha...
malang kali nasib mu Dug! Hahahah
Isaik :
Iya Mok, kasian Edug ya, nggak kayak kita yang
berwajah kayak kety perry..hahaha
Pipa :
Wahhh
ipaa ikuuttt...
Memok :
Ikut
broken Pa?
Pipa :
Ya nggak
lah! Ikut bilang Syanti brokeeen faceee! Hahahah
Isaik :
Hahahah!
Hidup Pipa! Bakar broken face! Hahah
Sebanyak hampir 20 komentar mereka hanya ngebahas gue, ngatain gue
broken face. Gue hanya bales koment mereka dengan kata ‘’JAHAT! Lalu ngasih emo
nangis.
Malang sekali nasib gue.
Bahkan Mama gue ikut-ikutan bilang gue broken face.
‘’Ma, aku cantik nggak kayak
mama?’’ gue mulai percakapan.
‘’nggak dong, jauh beda lah, kamu item, mama putih,’’ jawab mama
gue tanpa mikirin perasaan gue.
‘’tapi kata cowok aku( ketika gue nggak jomblo dulu), aku
cantik,’’ jawab gue ngotot.
‘’oh berarti dia bohong,’’ jawab mama gue lagi.
‘’gitu ya ma?’’
‘’iya,’’
Lalu gue ke kamar mandi ,ambil gayung, lalu teriak-teriak ke dalam
gayung.
.Karena hal itulah, setiap ada orang yang ngatain gue manis, gue
cantik, gue nggak percaya. Sungguh pembunuhan karakter. Heheheh!
Ada lagi nih, gue dikatakan keturunan India. Wah! Berarti wajah
gue unik dong, hehehe.
Ada beberapa orang yang matanya kilaf besar, mengatakan opini
ini,’’ kamu keturunan India ya?’’
Ketika menghadapi ujian SNMPTN dulu, gue nginap di kosan senior
SMA gue dulu, namanya Kak Oja, dan dia ngenalin gue ama teman sekamarnya, Kak
Ipit. Lalu kamu mulai akrab dan bercerita- -cerita berbagai hal, sampai
akhirnya,
‘’eh Dek, ada yang mau kakak tanyain ini,’’
‘’apa kak?’’ tanya gue penasaran, sambil membolak-balik soal ujian
SNMPTN tahun lalu.
‘’kamu asli Minang?’’
‘’iya kak, asli! Emang kenapa kak?’’ tanya gue.
‘’nggak, kak perhatikan kamu ada mirip-miripnya dengan orang
India. Alis kamu itu loh,’’ katanya sambil nunjuk ke alis mata gue.
‘’hahahaha! Ada-ada aja kak, kakak aja yang bilang aku mirip orang
India.’’ Jawab gue sambil tertawa terpingkal-pingkal.
‘’serius loh dek,’’ jawab Kak Ipit.
‘’masak sih kak,’’
‘’iya’’
Lalu gue cerita hal ini pada Memok dan Isaik, dan gue bercerita
pada orang yang salah.
‘’eh kemarin gue di katain mirip orang India loh,’’ kata gue
bangga cerita pada mereka.
‘’siapa yang bilang?’’ tanya Isaik.
‘’temennya kak Oja,’’
‘’dia bilang orang India yang blasteran atau yang oriental?’’
tanya Memok.
‘’nggak ada, dia hanya bilang orang India,’’ jawab gue santai.
‘’oh, berarti lo yang aslinya. Kan ada tuh orang india yang
berkulit hitam, mata besar, dan gemuk. Mungkin lo yang itu,’’ terang Memok
dengan santai.
‘’nggak lah, gue yang cakepnya!’’
‘’ nggak mungkin lah!’’ jawab Isaik.
‘’why not?’’
‘’BECAUSE YOU ARE THE BEST BROKEN FACE THAT I HAVE MEET!’’teriak
Isaik dan Memok.
Okeh, gue hanya diam. Huhuhu!
Dan, beberapa bulan lalu ada acara pertemuan anak Bidik Misi se
Indonesia yang di adakan di Padang. Dan gue sendiri adalah salah satu panitia.
Yaah, walau gue nggak becus jadi panitia. Tapi pada acara sosialisasi gue ikut.
Dan disana gue kenalan dengan teman-teman delegasi dari Medan, Bandung, Bogor,
Makasar, Manado dan banyak lainnya. Dan ketika di dalam bus, gue merasa ada
beberapa orang yang memperhatikan gue, entah itu perasaan entah apa. yang jelas
gue selalu menangkap basah saat mereka natap gue.
Saat sampai di lokasi sosiaisasi Bidik Misi, kitafoto-foto dan gue
bertemu langsung dengan orang yang natap gue dalam bus tadi, mau nggak mau gue
memberi sedikit senyuman kepada mereka. Lalu,
‘’eh, kamu mirip orang India loh,’’ kata salah seorang dari
mereka.
‘’ah, masak iya,’’ jawab gue sambil mengotak kamera dan menatap
orang yang ngomong.
‘’serius, makanya kami dari tadi memperhatikan kamu terus,’’ sambung
yang lain.
‘’loh ?ada- ada aja deh, hahahah,’’ gue jawab sambil tertawa malu.
‘’serius loh,’’ kata mereka sambil tersenyum.
Gue hanya mengakhiri tertawa sambil ngucapin terimakasih.
Dan selanjutnya kemarin ini gue ikut dalam partisipasi pengawas soal
ujian SMBPTN kemarin ini sebagai utusan dari Pramuka. Dan gue dengan beberapa
teman mengawas di daerah STKIP PGRI Padang,
Naaaaahhh...
Kita tuh ketemu dengan salah satu TU dari Fakultas Kedokteran,
yang gue sendiri lupa nama dari , kita panggil aja Pak AA dan Pak Muklis, dosen
gue sendiri. Gue pada saat itu satu posko dengan Ilda, salah satu perwakilan
dari Menwa. Menjelang waktu masuk, kita ngobrol sampai akhirnya,
‘’saya perhatikan wajah kamu, kok ada mirip wajah orang India
ya?’’ kata Pak AA.
Gue kaget dong, ‘’masak sih Pak, beberapa orang juga bilang
seperti itu sebelumnya,’’ kata gue sambil memperhatikan wajah gue di depan kaca
dan masang wajah keheranan.
‘’ mmm. Saya perhatikan alis mata kamu yang mendukung perawakan
kamu,’’ tambah Pak Muklis sambil menghisap roko yang ada di tangannya.
‘’bukan, hidungnya itu loh,’’ sela Pak AA.
‘’eh, masak iya pak? Emang ada mirip Indianya ya Ilda,’’ gue nanya
ke Ilda.
‘’mm. Ada sih,’’ jawab Ilda samil tersenyum.
Terus gue mikir, kenapa ada pendapat seperti itu ya,
Apa mama gue dulu ngidam nonton India?
Apa papa gue ngefans sama Syahrul Khan?
Apa mama gue dulu keseringan makan jengkol saat ngandung gue?
Atau jangan-jangan gue putri yang tertukar ?
Atau jangan-jangan gue putri raja yang hanyut dari sungai Gangga, karena
di kerajaan gue sedang ada perang sehingga Ratu memutuskan menghanyutkan gue
untuk menyelamatkan gue?
Terus gue di bawa ikan paus ke Samudra Hindia, terus ke Samudra
Pasifik?
Tak lama kemudian gue terdampar di laut Padang, dan di selamatkan
oleh burung bangau, lalu gue diterbangkan ke Batusangkar, gue terjatuh karena
burung bangau tertembak pemburu, lalu gue di selamatkan oleh monyet dan
meletakan gue di rumah Mama Papa gue sekarang? Tapi kenapa harus monyet ya
ujung ceritanya?
Ngawurr!
Tapi yang penting gue bersyukur sih, karena masih ada bentuk dari
wajah gue. Coba aja lu bayangkan, mata gue satu, idung gue sebelah, alis mata
gue nggak ada, bibir gue sumbing, pipi gue bengkak. Kan nggak enak juga di
lihat.
Yang penting apa?
Syukuri........
Entahlah, kenapa untuk masalah dalam diri gue ngga
selesai-selesai. Kita masuk ke dalam badan gue yang mengandung beberapa lemak
di bagian perut, pipi dan paha.
Badan gue naik drastis keika gue masuk ke bangku perkuliahan
inilah, sehingga banyak yang mengatakan gue ke Padang tu nggak kuliah. kenapa?
Karena persepsi dari beberapa orag kalau mahasiswa itu kurus kaau kuliah,
karena tugas yang banyak. Tapi tidak dengan gue, semakin bertugas semakin
gendut.
Wah, tragis!
Setiap pulang ke rumah inilah yang gue dengar dari setiap orang
yang gue temui,
Deehhh,,,
sanang bana kuliah yo, batambah badan
Lai banyak
makan di Padang yoh,
Kok tambah
gapuak se Syanti?
Dan yang parahnya itu mama gue, masak dia ngomong gini,’’Uni, kamu nggak hamil kan?’’
Gue kaget dan langsung cari
oksigen karena tuduhan gila itu. Logika gini loh bre,’’ hamil dari mana,
boro-boro. Pacar gue aja masih di laut!’’
Mempunyai badan yang ada tumpukan lemak itu ada untungnya, ada
ruginya. Untungnya kalau kita jatuh, sakitnya itu nggak seberapa, kita bisa
dinilai dari kalangan OOM ( Orang- Orang Makmur).
Dan yang nggak asiknya itu adalah dalam hal milih baju dan ngincar
cowok. Ada baju bagus, tapi lengannya nggak muat, ada kaos bagus, ngecetak
perut, ada celana bagus, tapi nggepak banget saat lewat paha. Pake rok,
ngecetak juga di bagian pinggul dan pantat.Terpaksa deh cari baju biasa-biasa
aja dengan masang tampang muka melas ‘’ kapan gue kurus Tuhan?”.
Dalam suatu masa, pernah gue
dengan Tia, kita duduk di luar dan melirik beberapa kaum kita yang
memiliki tubuh semampai dan cantik luar biasa. Berbeda dengan kami, para OOM
yang memiliki wajah sangat pas-pasan, bahkan ada yang mengatakan kurang.
‘’Tia, kapan kita kurus kayak mereka ya?’’
‘’entahlah. Tuhan yang tau Syan,’’ jawab Tia dengan masang wajah
lemes.
‘’gue ngiri tuh pada cewek yang makai baju biru,’’ kata gue sambil
nunjuk cewek yang lagi jalan.
‘’woi sarap! Jangan nunjuk orang dong, kirain orang kita copet!’’
‘’eh maaf maaf, tangan gue hilang kendali,’’
‘’gue juga ngiri sih Syan, eh, tapi liat deh,’’ kata Tia sambil nunjuk
cewek tadi dengan santainya.
‘’oikkk gila! Lo jangan main nunjuk aja dong! Tuh liat dia ngeliat
kita!’’ hardik gue dengan histeris.
‘’ehhh tangan gue juga bisa khilaf kaleeee,’’ jawab Tia.’’liat
tuh,’’
‘’apa?’’lalu gue clingak clinguk ke semua arah.
‘’ih sumpah bego banget sih lu! Ngapain lu jadi teler gitu, ke
arah cewek tadi, arah jam 10!’’
Lalu gue buka ponsel dan mencari arah jam 10.’’ Eh Tia, jam gue
digital nih, gimana dong?’’ kata gue dengan sangat poloos.
‘’ya Allah!’’ lalu Tia mutar kepala gue sampai pas arahnya tepat
ke cewek baju biru tadi.
‘’beehh! Enak banget tuh kayaknya,’’ lalu gue tertawa.
‘’jadi gue bisa ambilkesimpulan,’’ kata Tia.
‘’apa ?’’
‘’orang cantik dan semampai itu suka ngupil di tempat umum!’’
‘’setuju gue! Tapi ada satu hal yang masih gue pikirin Tia,’’
‘’apa lagi?’’
‘kapan kita kurus? Huhuhu’’ jawab gue dengan wajah memelas.
‘’hanya Allah yang tau!’’ jawab Tia dengan sungguh dan menepuk
pundak gue.
Lalu kami melanjutkan aktivitas kami sebagai mahluk berlemak
lebih, apalagi kalau bukan ngeborong gorengan.
Komentar
Posting Komentar