Langsung ke konten utama

Dumbo, Cerita Ceria yang Sedikit 'Biasa'










Dumbo, gajah kecil dengan telinga lebar ini menarik perhatian mata pecinta Disney. Namun sayang sekali, dibalik rupa Dumbo yang menggemaskan dia harus berusaha hidup sendiri di cerita yang biasa saja.

Dumbo menjadi salah satu dari 3 animasi Disney yang rilis tahun ini. Garapan Tim Burton ini remake dari film lama dengan judul yang sama. Dumbo pertama kali rilis dalam versi originalnya pada tahun 1941.

Dumbo rilis pada tanggal 29 Maret 2019. Karakter gemas Dumbo ini beradu peran dengan Collin Farrel, Micheal Keaton, Eva Green dan aktor lainnya. 




Flim Dumbo menceritakan tentang gajah kecil bernama Dambo yang punya telinga sangat lebar. Dan ketika orang lain beranggapan telinga nya ini adalah cacat, siapa sangka telinganya ini membuat gajah kecil ini terbang.

Film Dumbo cukup laris namun tidak begitu mendapatkan respon positif. Ratinnya pun cukup standart yaitu 6,5/10 di IMDb. Begitu juga dalam ulasan kritikus, kata-kata 'nanggung' mungkin bertebaran dimana-mana untuk ulasan Dumbo.

Namun dibalik kekurangannya tersebut, kita harus akui karakter Dumbo sangat terlihat menggemaskan di film. Begitu juga paduan warna dan baju-baju dalam karakter. Cerah dan penuh kehangatan.






Sinopsis

Holt Farrier (Colin Farrel) bersaa anak gadisnya Miily dan Joe hidup dilingkungan sirkus yang dipandu oleh Max Medici (Danny Devito). Setelah kehilangan sebelah tangannya, Holt pun disuruh menjadi pengasuh Jumbo, bayi betina yang sedang hamil besar.

Petualangan pun dimulai ketika Jumbo melahirkan seekor gajah yang menggemaskan. Namun sayang, gajah ini lahir cacat dengan telinganya yang sangat lebar. Max pun murka dan merasa tertipu oleh tempat dia membeli gajah. Max pun berencana mengembalikan Jumbo ke tengkulaknya.

Di saat semua orang menolak kehadirannya, Milly dan Joe pun tetap menerima Dumbo dan mereka melatihnya untuk sirkus. Di sela mereka bermain, Dumbo menghirup bulu dan dia bersin. Yang membuat kaget adalah Dumbo bisa terbang dengan telinganya sebagai sayap!

Milly dan Joe pun melaporkan apa yang dilihat oleh mereka kepada ayahnya, Holt. namun Holt tidak percaya dan itu menimbulkan kekecewaan pada mereka yang baru kehilangan ibu tersebut.



Hari yang menyedihkan pun datang. Jumbo dijual kembali ke pemilik awalnya dan dipiahakn dari Dumbo. Dumbo pun sedih dan tidak mau makan. Namun Milly dan Joe selalu menghibur Dumbo.

Di suatu hari, saat sedang pertunjukan sirkus Dumbo terejbak di dalam api. Setelah dipancing oleh Milly, akhirnya Dumbo terbang dan membuat semua orang terpana. Semenjak itulah Dumbo menjadi terkenal dan mengubah kehidupan orang sirkus.

Berita gajah terbang pun sampai ke telinga Vandevere, pemilik taman bermain dan sirkus terkenal. Dia pun menawarkan kerjasama dengan Max dan membawa Dumbo beserta rombongan sirkusnya bergabung dengan perusahannya.

Dumbo pun beradu tampil dengan Colette Marchant (Eva Green) yang berperan sebagai ratu senam yang mahir dalam pertunjukan tali dan tari. Penampilan mereka pun selalu ramai dan dinanti penonton.

Namun satu hal yang membuat Dumbo mau tampil adalah karena dia dijanjikakn oleh Milly dan Joe akan mempertemukan Dumbo dengan ibunya. Ternyata ibunya Dumbo berada di lingkungan yang sama dengan mereka.

Perjuangan pertemuan pun penuh halang rintang, sampai akhirnya Dumbo lepas bebas bersama Jumbo ke dalam habitat alaminya.




Review

Dari segi cerita Dumbo sangat terkesan biasa. Alurnya yang mengandung emosi nanggung, percakapan yang biasa saja, hingga alurnya yang bisa ditebak.

Walau begitu, jujur gue senang dengan rupa Dumbo yang sangat menggemaskan. Walau dia dipaksa harus hidup di alur yang sangat biasa. 

Petualangannya sangat sederhana, yaitu perjuangan Dumbo untuk bertemu ibunya. Namun sayang sekali, dalam durasi film yang hampir 2 jam ini, suasana mono tidak terelakan. Saya merasa bosan!

Namun susana akan cerah saat Dumbo terbang dan memperlihatkan ekpresinya yang menggemaskan. Hanya di sini lah saya merasa senang dengan film Dumbo.


Saya tidak merasakan emosi berarti dalam film ini kecuali perjuangan Dumbo bertemu ibunya. Hanya itu!



Juga tidak adanya lagu atau musik yang membuat Dumbo identik. Semuanya sama saja alias standart. Hanya musik-musik pendukung saja. 

Mungkin film ini lebih cocok untuk anak-anak yang hanya pasrah dan menikmati Dumbo yang terbang tanpa peduli alur cerita. Bahkan untuk dapat mengambil inti sari dari film saya harus mikir dan merangkai kata-kata yang pas.

Apakah anak-anak bisa menyimpulkan sendiri bagaimana pesan moralnya? Saya pikir tidak, mungkin orang tua harus menjelaskan apa pesan yang ingin disampaikan film Dumbo kepada anak-anak.


Sumber foto: IMDb







Komentar

Postingan populer dari blog ini

DJKJ: Yang Datang Tiba-tiba (5)

Runtuh semua pertahananku. Runtuh seruntuh-runtuhnya Hati yang ku larang untuk rindu, kembali bergejolak. Sakit, sangat sakit! Malam itu aku tumpahkan semua umpatan yang ada di kepalaku.  Semua binatang yang menjadi tujuan ku lontarkan ke udara. Anjing! Malam itu aku menangis sejadi-jadinya. Sesak! Sangat sesak!   Hatiku serasa dicabik-cabik oleh kenyataan bahwa aku belum bisa lepas dari bayangan dia sedangkan otakku ingin meraih dekapan lain. Tapi hati tidak bisa berbohong otakku tak bisa mengalahkan hati yang terpaut sakit dan waktu. Hati ini terlalu lama dikekang satu bayangan hingga dia untuk berpindah butuh waktu, Ku tarik nafas dalam-dalam dan coba menenangkan hati. Tuhan, aku tak sanggup menahan sakit seperti ini lebih lama! Aku tak ingin membawa orang lain terlibat dalam kekacauan ini.   Aku harus melepas semua ini pergi. Tak terkecuali! Aku ingin hidup tenang Tuhan! Aku ingin hidup tenang! Ku raih ponsel yang baru saja ku hempaskan dengan kasar ke dinding kamarku...

Jelong-jelong ke Dua di Cebu, Filipina

Fort San Pedro di Cebu, Filipina Memasuki hari ke dua di Cebu, Filipina. Kegiatan kita hari adalah berkunjung ke sebuah pabrik olahan buah tropis bernama Profood International Corporation. Perusahaan ini memiliki tur bagi wisatawan yang penasaran dengan cara kerja perusahaan yang bergerak dalam pengeringan buah ini. Siapapun yang ingin datang bisa saja dan harus booking seminggu sebelum kedatangan. Tepat jam 5 gue bangun berkat alarm roomate gue, Riska yang membahana. Dengan tubuh pegal warbiasah gue mandi, shalat dan bersiap untuk sarapan di restoran hotel. Kita berangkatlah dengan minibus menuju Mango Factory ini. Sesampai disana kita langsung di ajak keliling mengintip tempat produksi. "No camera guys!" Yah, pada kali ini kita harus menggunakan mata dan telinga langsung. Perusahaan memiliki kebijakan untuk wisatawan agar tidak mengambil gambar di kawasan produksi. Supaya nggk di intip sama saingan kali ya? Kita masuk ke dalam ruang produksi. Gue meli...

segitiga ituu....*mikirr

Suka duka jadi anak kos itu pasti adalah ya,  dimana kadang kala kita harus makan nasi putih aja, nggak mandi kuliah karena lampu mati *otomatis air juga ikutan mati, makan bareng dan sebagainya. Sebagai anak kos yang baru berumur setampuk pinang, yaa sekitar 8 bulan kurang lah, gue mengalami berbagai hal yang bisa jadi pernah dialami oleh cewek kos lainnya. Awal-awal masuk ke dalam kos-kosan gue cukup terkejut karena gue harus ngurus semua hal sendiri, mulai soal makan, nyuci baju semua hal pokoknya sampai masalah uang. Gue merupakan mahasiswa yang hadir karena beasiswa, soo Indonesia teerimakasih telah membiayai gue. Ehh, ngelantur kemana ini. Di kosan gue ada beberapa kamar mandi dan satu lahan buat ngejemur baju. Dimana berbagai hal menyangkut urusan cewek terjemur disana, mulai dari luar sampai dalam *silahkan dicerdasi yaaaa Di daerah kamar mandi, ini gue berikan sedikit gambaran. Ada dua kamar khusus untuk mandi, dan 2 kamar khusus BAB. Nah kamar-kamar in...