Langsung ke konten utama

The Way Back, Ajak Penonton Menghargai Kehidupan

dok idmb




The Way Back merupakan drama produksi Peter Wier yang dirilis 29 Desember 2010. Film ini menceritakan tentang 7 orang yang kabur  dari kekejaman Komunis dan bertahan hidup melawan alam.

Mengambil latar waktu 1940-an, film ini membawa sejarah bagaimana kehidupan orang-orang pada masa Komunis. Film ini juga diangkat dari kisah nyata 7 orang yang berjalanan sejauh 4.000 mil dari Siberia menuju India.

Kisah bermula dari 7 orang yang terjebak di dalam penjara di Seberia. Penjara ini sangat terpencil dan dikelilingi oleh alam yang tidak bersahabat. Perjalanan mereka bermula dari keinginan Janusz bersama 6 rekannya yang nigni kabur dari lokasi tahanan. Mereka pun menyusun rencana dan harus berhadapan dengan kerasnya alam.

Mereka bertujuh harus melewati hutan di tengah badai salju yan dasyat, bertahan ditengah kelaparan, dan harus kehilangan rekan di beberapa puluh kilometer pertama.

dok idmb




Film ini juga menunjukan bagaimana tehnik survival di alam bebas. Di saat mereka harus bertarung dengan alam, namun di sisi lain mereka juga harus bersahabat dengan alam. Di sini juga terlihat bagaimana manusia dan binatang jika sedang kelaparan mempunyai watak yang sama.

Tidak hanya bahaya kelaparan saja, ke 6 orang laki-laki ewasa in iharus melawan egoisnya masing-masing. Mereka harus berbagi dan saling menjaga satu sama lain. Mereka berjuang supaya tidak tertangkap oleh penjaga perbatasan dari negara yang mereka llewati.

Perjalanan makin berwarna ketika mereka bertemu dengan Irene, gadis muda yang juga kabur dari kejamnya Komunis. Mereka pun melanjutkan perjalanan dengan beragam cerita.


dok idmb



Film semakin terasa mencekik di saat mereka harus bertahan dari dehidrasi saat melewati kawasan gurun. Irene dan Voss pun menyerah dan meninggal di sini. Setelah dehidrasi yang kuat akhirnya mereka bertemu dengan air.

Gue tersentuh saat tokoh Janusz yang berkeinginan kuat untuk kembali ke rumahnya. Waalu mereka telah sangat jauh dari penjara dan mendapatkan tempat aman dan nyaman, dia tidak mau berhenti. Dia ingin pulang ke rumahnya di Polandia dan bertemu dengan istrinya yang telah menghianatinya.

Di ending cerita, sutradara dengan senang hati memperlihatkan bagaimana Janusz pulang dan bertemu dengan istrinya.Mereka bertemu saat keduanya telah keriput dan tentu saja Komunis telah bubar, dan Polandia memperoleh kemerdekaan.


KESAN SETELAH MENONTON

Dari awal film ini, rasa sesak dan pengap gue rasakan saat melihat para tawanan harus bekerja layaknya budak. Dengan makanan apa adanya, cuaca yang ekstrim, siksaan, kematian yang ada di depan mata dan bagaimana haus kasih sayang dan sentuhan wanita di dalam penjara, tidur berdempetan, dan demi bertahan hidup harus melakukakn apapun. Sangat sesak!





Film ini mengajarkan bagaimana kita harus menghargai hidup, bagaimana cara menghargai apa yang kota punya dan memperjuangkan segala keinginan. Tidak ada yang mudah di dunia ini. Itu adalah pesan moral yang disampaikan film.

Mungkin film dengan tema yang sama banyak telah diproduksi. Namun film yang satu ini membawa permasalahan yang lebih konflik. Mungkin karena ramainya aktor utama dengan latar belakang yang beragam. Namun ramainya inilah yang membuat film ini berwarna.

Awalnya memang ada tokoh sentral, dimana dia lah yang paling banyak berfikir dan bertindak. Namun setelah perjalanan kekuatan aktor semakin sama penting. Dimana setiap orang memiliki peran sehingga film ini terasa semakin mencekam!

Sutradara juga berani mematikan aktor di saat petualangan pertama. Tentu saaj kesedihan dan rasa putus asa sangat kuat dalam momen ini.

Sebagai penonton, gue dapat merasakan emosi yang dibawakan oleh para aktor. Emosi merasa kehilangan, kesakitan, hampa, kerinduan, rasa putus asa, egois dan keinginan untuk membunuh.

---

Gue pujn mencoba mencari tahu tentang ini film. Ternyata ranting film ini tinggi lho. Berada di 7,3/10 lho! Wowwwwwwww!!!!!!!

Bagi kamu yang putus asa wajib menonton film ini!!!!!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

DJKJ: Yang Datang Tiba-tiba (5)

Runtuh semua pertahananku. Runtuh seruntuh-runtuhnya Hati yang ku larang untuk rindu, kembali bergejolak. Sakit, sangat sakit! Malam itu aku tumpahkan semua umpatan yang ada di kepalaku.  Semua binatang yang menjadi tujuan ku lontarkan ke udara. Anjing! Malam itu aku menangis sejadi-jadinya. Sesak! Sangat sesak!   Hatiku serasa dicabik-cabik oleh kenyataan bahwa aku belum bisa lepas dari bayangan dia sedangkan otakku ingin meraih dekapan lain. Tapi hati tidak bisa berbohong otakku tak bisa mengalahkan hati yang terpaut sakit dan waktu. Hati ini terlalu lama dikekang satu bayangan hingga dia untuk berpindah butuh waktu, Ku tarik nafas dalam-dalam dan coba menenangkan hati. Tuhan, aku tak sanggup menahan sakit seperti ini lebih lama! Aku tak ingin membawa orang lain terlibat dalam kekacauan ini.   Aku harus melepas semua ini pergi. Tak terkecuali! Aku ingin hidup tenang Tuhan! Aku ingin hidup tenang! Ku raih ponsel yang baru saja ku hempaskan dengan kasar ke dinding kamarku...

ASUS VivoBook Ultra A412DA, Leptop Tipis Kekinian yang Buat Milenials Jatuh Cinta

Kita adalah generasi yang hidup di zaman digital. Butuh semua yang ringkas, cepat dan yang pasti juga bergaya. Zaman yang semakin canggih dan kebutuhan yang semakin menuntut untuk cepat tanggap membuat kita butuh alat pendukung yang juga mumpuni. Salah satunya adalah leptop. Penyimpanan data penting, foto perjalanan, dan juga ragam ide tulisan membuat kita sangat bergantung dengan leptop. Apalagi yang pekerjaannya dalam dunia tulis-menulis seperti jurnalis dan blogger. Sebagai anak milenials yang suka berbagi sesuatu di media sosial dan pekerjaan di dunia tulis-menulis,, saya membutuhkan leptop yang sangat mudah untuk dibawa-bawa. Walaupun ponsel zaman sekarang sudah semakin canggih dengan memori yang juga besar, kebutuhan akan leptop untuk dunia tulis-menulis tidak akan terputuskan. Layar yang fleksibel dan nyaman Seberapa penting sebuah leptop yang mudah dibawa kemana-mana? Sangatlah penting! Memorinya yang besar, baterainya...

Yeyy.... 'Liburan' ke Jepang!

Shibuya Crossing Penutup perjalanan akhir tahun 2019, saya mendapatkan kesempatan untuk liputan ke Jepang. Siapa sih yang tidak ingin ke Jepang? Saya salah satunya. Masih saya ingat momen saat Bunkasai di kampus, dimana semua tentang Jepang dipaparkan di sana. Salah satu yang menarik adalah penyewan baju yukata dan berfoto dengan latar Sakura. Sangat terlihat lucu dan saya tidak ada uang untuk menyewanya. Maklum saya salah satu mahasiswa kere di lingkungan sana. Kemudian saya celetuk asal-asalan kepada teman-teman saya "ntar aja dehm, gue mau foto di negaranya langsung saja," Tentu itu adalah ucapan asal-asalan mahasiswa yang makan saja susah. Boro-boro main ke Jepang. Namun beberapa tahun kemudian Tuhan berkata lain, karena urusan pekerjaan saya berkesempatan berkunjung ke beragam tempat. Jepang salah satunya." Sekedar informasi, Jepang adalah salah satu negara yang bervisa untuk paspor Indonesia. Dan saya mohon maaf tida kemngetahu s...