30 April 2013
Hari ini adalah hari dimana gue kehilangan dekapan lagi. Gue
dapat kabar nenek gue, yang biasa gue panggil ‘’uba pondom’, meninggal. Dan gue
tau setelah sorenya dari mama. Kenapa gue taunya telat? GUE NGGAK BAWA HP
KULIAH! Dan sorenya gue baca SMS dari mama.
oWh shit! Nyesal
banget gue nggak bawa hp !!SUMPAH!
Sorenya setelah gue baca sms dari mama, gue pengen nangis.
Kenapa tidak? Uba pondom adalah salah seorang yang sangat sangat peduli sama
gue. Dari gue orok malah!
Dulu, ketika gue kecil. Dengan adik dan sepupu gue yang lain
sering main ke Pondom( salah satu daerah yang ada di nagari Sungayang). Kami
sering ngambil jambu biji ke rumah Uba.
Sebelum gue melanjutkan cerita, gue akan ngenalin sedikit
anggota keluarga gue yang ini dulu. Uba Pondom adalah salah satu nenek gue,
beliau adek kakak dengan Umi ( ibu dari mama). Beliau tinggal bersama anaknya,
yang biasa gue panggil Uwo Pondom. Uwo punya 3 orang anak, cewek semua. Gue
manggil mereka ‘etek pipi, etek Nina dan
etek Nini. Nah mereka berdua ini kembar, dan biasa gue panggil
mereka ‘etek ndut’. ( karena mereka
chabi semua! Heheh).
Gue, bersama adek kandung dan sepupu gue, tiap Minggu selalu
pergi main ke rumah Uwo. Karena kami selalu senang setiap kesana, karena di
rumah Uwo selalu stand by makanan dan
bisa nonton tipi (saat itu gue nggak
ada tipi di rumah).
Dan setiap hari lebaran, di rumah Uwo selalu rame, karena
Uwo mempunyai keahlian masak yang cihui banget dah! Enak!
Dan kalau masalah uang jajan, kalau gue dan adek-adek selalu
dapat ngeplus asoy. Dapat jatah
selalu. Dan Uba juga nggak kalah saing mah
kalau soal berbagi kayak gini. Intinya gue dan adik- adik gue makmur kalau
bertemu beliau- beliau.
Kan ada tuh, kalau di kampung, para tua- tua merokoknya
nggak pakai rokok yang beredar di warung- warung. Tapi mereka lebih condong
memakai daun nipah.
Mungkin karean beredarnya rumus ini kali yah,
Tapi gue jug anggak tau dah,
Nah, rokok seperti itu di tempat
gue di sebut uduik. Karena mengingat
dan menimbang gue dan adek-adek gue masih kecil dahulunya, dan kami imut- imut
( baca : amit-amit) dan sangat patuh pada orang tua ( baca : bandel beud!) kami
selalu mencuri uduik Uba secara diam- diam.
Kenapa tidak juga? Minta baik-
baik nggak di kasih!
‘hust! Anak kecil nggak boleh
makai uduik!’, itu adalah alasan yang
paling spektakuler menolak keinginan anak- anak imut seperti kami. Huhuhu!
Tapi, kami yang berotak cerdas
membahana, tidak ketinggalan akal untuk mendapatkan keinginan brutal ini. Saat
Uba lagi ke belakang, dengan ganas kami mencuri dengan halus, beberapa lembar
kami ambil dan kami serahkan pada Dian untuk menyembunyikannya. Dan tau kah
saudara? Dimana Dian menyembunyikannya? dia dudukin, ALIAS DIBAWAH PANTAT (
nggak tau dah diannya kentut atau gimana).
Tapi emang feeling Uba tuh emang kuat kali ya! Beliau tau kita ngambil
beberapa lembar uduiknya. Terpaksa
kita balikin lagi uduik yang kita
tarok di bawah pantat Dian.
Ahhh....
Saat lebaranpun, kami sangant
senang bertandang membawa kantong kosong ke rumah Uwo. Mengapa tidak? Uwo
selalu memberi kami THR ( tabungan hari raya), dan tidak ketinggalan juga Uba.
Beliau selalu ngasih kita jajan.
Nggak pas THRan aja, sejahtera banget dah kita kalau ketemu Uba.
Nggak terasa gue semakin GEDE,
begitu juga adek- adek gue. Kamipun jarang main ke tempat Uwo, karena di hadang
kegiatan sekolah yang bergejibun. Dan hanya sesekali gue bisa ke tempat Uwo,
karena program sekolah sore yang menghabiskan waktu gue. Dan jika Uwo memanggil
aja, guesempatin ke tempat Uwo. Dan itupun beliau pesannya kepada Mama.
Dan pasti gue juga ketemu Uba
kalau ke tempat Uwo. Beliau selalu bilang gini ‘ ndeeehh kau. Lah gadi gadang ajo kau kini. Takana dek den katiko
sangkek kau ketek dulu( udah besar kamu sekarang. Masih ingat saya ketika
kamu kecil dulu). Dan beliau menepuk- nepuk pundak gue.
Apalagi sejak gue kuliah, gue
semakin jarang untuk berhubungan dengan Uwo dan Uba dan jugakeluarga di
kampung. Gue tau gue salah. Karena terlalu mementingkan yang namanya kuliah, dan
menomor duakan keluarga di kampung.
Beliau- beliau, nenek- nnenekgue selalu nanyain kabar gue, nanya apakah
gue pulang ato nggak. Tapi gue nggak pernah nanya kabar mereka.
Kampret bangetkan gue?!!
Dan setelah mendengar kabar Uba
meninggal, gue sedih banget!yaa siapa juga yang nggak sedih dalam perihal
seperti ini. Tapi gue lebih sedih bree! Dan Mama nyuruh gue untuk doaa.in Uba.
Yaa hanya doa yang bisa gue kirim
untuk Uba.
Maafkan cucu mu yang kampret ini
Uba.
Semoga engkau senang disisi-NYA.
Amin.
Komentar
Posting Komentar