Langsung ke konten utama

Balada Anak Kos: Segitiga Merah Muda


Suka duka jadi anak kos itu banyak. Kadang kala kita harus makan seadanya, bahkan sampai pergi kuliah nggak mandi karena listrik kos mati seharian.

Sebagai anak kos yang baru berumur setampuk pinang, gue mulai mengalami elombang-gelombang kehidupan kosan.

Awal-awal jadi anak kos, gue cukup kelabakan karena harus mengurus semua hal sendiri. Mulai soal makan, mengatur keuangan, mengatur jadwal cuci baju, mengatur kesabaran dan tidak boleh egois. Termasuk dalam urusan mandi dan menjemur pakaian.

Seperti yang gue bilang di awal, di kosan kita menggunakan kamar mandi bersama. Jadi setiap paginya akan ada adegan berebut dan antrian ember mandi di pintu masuk kamar mandi.

Sedikit gambaran, jadi di lantai bawah ada 4 kamar mandi yang dua untuk bilas, dua lagi untuk BAB. Ruangan ini saling berhadapan dengan jarak setengah meter. Biasanya di tengah itu kita gunakan untuk mencuci baju (ada kran airnya) dan menggantung jemuran.

Di suatu hari yang indah. Gue bangun tidur dan dengan sempoyongan langsung ke arah kamar mandi. Setelah membuang sisa sampah-sampah di usus, gue pun mulai gosok gigi dan cuci muka di kran air yang ada di tengah-tengah.

Adapun kebiasan gue setiap menggosok gigi adalah gue merem. Jadi apapun yang terjadi di sekitar gue, nggak tahu. Lah orang merem semerem meremnya.

Tetiba ada tetesan air menimpa kepala terus mengalir ke muka. Tapi gue nggak peduli, mungkin ini embun dari atap.

Tak lama kemudian, muka gue ketetesan air lagi. Mulai nih otak gue mikir, ah mungkin dari pipa paralon yang di atap. Gue tetep merem dan lanjut menggosok gigi.

Tetesen itu tetap jauh dan tepat lagi jatuh di hidung.

"Air apa sih ini?" gue pun membuka mata dan melongo ke atas.

Dan dengan spontan gue mengumpat segala kata yang ata di otak gue.

"Anjxxxxxxxxxxxxxxxxx532i968ohdgscff!"

Di atas gue, tepat di atas kepala gue terjemur 2 buah benda berbentuk segitiga. Satu berwarna ungu dan satu lagi pink. Mereka dengan elegan netesin air ke wajah gue.

Lo bisa bayangkan perasaan gue? Elo baru bangun tidur, bersyukur kepada Tuhan dikasih hidup di hari ini, dan terjadilah perisitiwa ini. Elo ditetesin air kolor.

GUE DITETESI AIR KOLOR!


Ooowwwhhh shit!


Itu bukanlah peristiwa pertama dan terakhir dimana gue berurusan dengan kolor ya di kosan.

Pada suatu Subuh, gue bangun pagi dan langsung menuju pintu belakang buat ngambil handuk di jemuran.

Yaaa, namanya juga baru bangun tidur ya. Jadi ada dong sesi kita ngumpulin nyawa dan membuka kelopak mata sepenuh-penuhnya kebuka.

Keluar dari kamar, gue berjalan sambil merem dan menguap-nguap menuju pintu belakang. Baru dua langkah dari pintu, kepala gue tersangkut di tali jemuran dan muka gue menabrak sesuatu.


Ku bukalah perlahan mata ini, dan...

"Anjrixxxxxxxxxxxxxxxxx532i968ohdgscff.!" pagi ku dibuka kembali dengan umpatan.

"SIAPA YANG JEMUR KOLOR DI SINI WOI!" Bikin kesal saja.




----


Apakah gue dan kolor anak kosan sudah berdamai? Jangan sedih, masih ada lanjutannya.


Beberapa hari kemudian, tepatnya itu saat weekend. Gue beberes kamar dan mencuci baju yang udah seember penuh. Pada sore harinya tiba-tiba hujan, dan dengan cekatan memetik hasil jerih payah gue (dibaca: angkat jemuran) dan membawanya ke kamar.

Ketika melipat-lipat baju, gue mendapati benda asing terbawa dalam jemuran. Sebuah segitiga berwarna merah dengan gambar love-love kecil berwanra kuning bertebaran.

Busett dah! Ini kancut siapa? Perasaan belum ada sejarahnya gue punya kolor yang motifnya seperti ini. Sial, ini jemuran orang!

Dengan segera, gue pun membawa benda itu ke arah jemuran dan bertemulah salah satu penghuni senior kosan. Dia terlihat sedang mencari-cari sesuatu di jemuran.

"Ngapain Kak?"

"Dni dek, lagi nyari sesuatu," jawabnya sembari terus melihat-lihat jemuran yang ada.

"Ada yang hilang? Aku bantuin nih kalau mau," gue basa-basisembari menyembunyikan benda segitiga merah muda itu di dalam kantong celana.

"Hmm..Tadi pagi aku jemur kancut di sini, tapi nggak nemu,"

Glek! Gue kaget. Apa jangan-jangan yang gue sembunyikan ini punya dia?

"Oh, mungkin ada yang nggak sengaja ngangkat kali Kak," jawab gue mencoba santai.

Kucing yang sedang ngemper di tembok kosanpun langsung mengeong dam menatap gue. Menatap curiga dan mengendus kebohongan gue.

"Dia maling kolor, Kak," mungkin kalau kucingnya bisa ngomong akan berujar seperti itu.

"Mungkin ya. Yaudah, aku tunggu sampai besok pagi siapa tahu ada yang balikin," dia pun masuk dan menuju ke kamarnya.

Gue pun mencoba mengintip dan memastikan bahwa kakak kosan benar-benar masuk ke kamarnya.

Oke, Aman!

Dengan sigap gue gantung kembali benda yang dari tadi sembunyi di kantong celana. Setelah digantung, gue kembali menatap kucing yang dari tadi menatap gue.

"Apa lo? Grrrrr!"

Setelah itu gue berlari ke kamar. Takut ada yang melihat gue lama-lama dijemuran. Apalagi depan benda segitiga merah muda itu.






Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dari Jumat ke Jumat: Siapa kamu? (5)

Puluhan Jumat berlalu begitu saja. Jiwa ku kembali tenang dan tidak ada lagi gejolak yang berarti. Dan kau pemilik mata, yang namanya saja bibirku bergetar menyebutnya, semoga kau berbahagia selalu. Semenjak malam itu aku sadar, bahwa kita berada di dua dimensi yang belum pernah kita pertemukan. Dimensi yang kita paksa untuk tidak bertemu, karena kondisi yang ada. Tapi tidak masalah, aku menikmati setiap getaran yang kau berikan. Terkadang aku menyesali pertemuan mata kita kala itu. Toh, akhirnya kita juga memisahkan mata ini dan pura-pura tidak tahu kan? Aku ralat, bukan 'kita', tapi hanya aku seorang. Sedih juga ya bila diceritakan detail seperti ini? Tapi tidak masalah, kok. Berlalu sudahlah berlalu. Aku menikmati duniaku yang penuh misteri ini. Bagaimana dengan kamu? -- Selamat Tahun Baru! Minggu ini festival yang mempertemukan kita dahulu diadakan kembali. Dan telah aku garis bawahi bahwa kita hanyalah dua manusia yang terlibat urusan kerja. Dalam kesempatan itu kita b...

Dari Jumat ke Jumat: Siapa kamu? (2)

Mata itu. Dua mata dengan sorotan tak biasa yang menembus jiwa tenangku. Berhari-hari jiwa ini tidak karuan. Hanya gara-gara dua bola mata tajam milik kamu. Segala cara sudah aku lakukan supaya tidak lagi memikirkan kamu. Namun, tidak semudah yang aku bayangkan. Mungkin kamu tidak tahu, aku hanyalah lelaki biasa yang disibukan dengan dunia darat dan gunung. Kau sebutkan saja nama-nama gunung besar di negeri kita, sudah ku naiki semua itu. Apa yang ingin kau tahu? Macam-macam peralatan yang dibutuhkan naik gunung? Cara survival? Brand-brand outdoor? Alat yang bagus dan cuaca ekstrem? Semuanya aku tahu. Kau ingin menanyakan jalan daerah mana? Pelosok negeri mana? Biar nanti ku antarkan kamu ke sana. Semuanya aku tahu. Yang tidak aku tahu adalah bagaimana cara menghadapi bola mata kamu yang tanpa seizinku bertemu dengan mataku. Yang menembus jiwaku. Dan itu tanpa aba-aba! Beberapa Jumat aku biarkan diriku terjebak rasa ini. Aku ingin memastikan bahwa ini hanyalah sementara. Nanti juga a...

Dari Jumat ke Jumat: Patah (4)

Apapun yang kamu lakukan, aku semakin jatuh cinta. Kamu tahu, dulu aku benci makanan manis, apalagi es krim. Namun karena kamu suka itu, aku pun mencoba menyukainya. Kamu punya kebiasaan jelek. Kamu suka bicara saat sedang mengunyah. Bibirmu dan pipimu sering bertaburan makanan dan es krim. Namun, kenapa kau cantik saat seperti itu? Jemariku akan menuju bibirmu yang lembut. "Makannya yang pelan sayangku," Kamu hanya mengangguk dan mengulang lagi kesalahan yang sama. Betapa menggemaskannya. Pada suatu hari kamu datang marah-marah kepadaku. Di saat itu juga pekerjaanku menumpuk. Kamu melampiaskan marahmu yang tidak terarah kepadaku. Aku meneriaki kamu dengan kata yang tidak sepantasnya. Kamu diam. Kamu menangis. Aku tersentak. Aku memelukmu, mengecup keningmu. Maafkan aku. Jumat terus berlalu dan berganti. Kamu semakin cantik, kamu semakin rewel, dan kamu semakin berambisi. Aku tetap suka. "Dia sudah berubah? Masih asal-asalan bicara?" Ibuku selalu menanyakan bagaim...