Malam itu terjawab sudah. Kerisauan hati yang menghantui selama ini. Kamu yang tak ku kenali, kamu yang bukan rumah bagi ku lagi. Kita memilih jalan masing-masing.
Hiruk pikuk ABG di jalanan, berteriak, tertawa cekikikan membahas malam Tahun Baru yang akan datang beberapa malam lagi. Namun, aku peduli? Tentu saja tidak.
Terngiang sudah percakapan terlarang yang terpaksa aku baca. Yang terpaksa ku redam dalam kepala. Percakapan yang tidak akan mudah dilupakan seumur hidup. Sebuah harga diri, sebuah komitmen melindungi kesayangan.
Ahh.. patah sudah harapan ini. Patah sudah semua mimpi. Patah sudah daftar yang ingin kita lakukan di Tahun Baru. Aku dan kamu, patah sudah.
Mungkin terkesan sangat drama, jika setiap percakapan, setiap pertemun, setiap nafas kita bertemu ku singgung semua yang ku rasa. Kamu hanya diam, membiarkan amarah ku bergelorah, dalam dekapan tangan mu yang juga penuh luka.
Betapa jahatnya aku malam itu kepadamu. Tubuhmu yang sakit ku tinggalkan demi amarahku yang tak beralasan. Tapi aku akan membela diri, amarah ku beralasan!
Keesokan harinya, setelah malam itu kita mencoba bersikap tidak ada yang terjadi di hubungan kita. Toh, tahun baru tak lama lagi. Kita masih bisa melanjutkan mimpi kita... Di awal tahun.
Detik bergilir... seperti biasanya, kita bercengkrama pagi siang malam, membahas apa saja. Namun, kenapa tidak ada gairah dalam desahan kita?
Tetiba kenangan buruk itu datang lagi. Sikap yang kita benci selama ini datang lagi. Seperti biasa, aku akan membabi buta menghujanimu dengan beragam pertanyaan. Dan seperti yang ku tebak, kau akan menuduhku dengan ratusan alasan.
Dimanakah tawa yang kita bangun dalam waktu yang tidak singkat itu?
Hiruk pikuk ABG di jalanan, berteriak, tertawa cekikikan membahas malam Tahun Baru yang akan datang beberapa malam lagi. Namun, aku peduli? Tentu saja tidak.
Terngiang sudah percakapan terlarang yang terpaksa aku baca. Yang terpaksa ku redam dalam kepala. Percakapan yang tidak akan mudah dilupakan seumur hidup. Sebuah harga diri, sebuah komitmen melindungi kesayangan.
Ahh.. patah sudah harapan ini. Patah sudah semua mimpi. Patah sudah daftar yang ingin kita lakukan di Tahun Baru. Aku dan kamu, patah sudah.
Mungkin terkesan sangat drama, jika setiap percakapan, setiap pertemun, setiap nafas kita bertemu ku singgung semua yang ku rasa. Kamu hanya diam, membiarkan amarah ku bergelorah, dalam dekapan tangan mu yang juga penuh luka.
Betapa jahatnya aku malam itu kepadamu. Tubuhmu yang sakit ku tinggalkan demi amarahku yang tak beralasan. Tapi aku akan membela diri, amarah ku beralasan!
Keesokan harinya, setelah malam itu kita mencoba bersikap tidak ada yang terjadi di hubungan kita. Toh, tahun baru tak lama lagi. Kita masih bisa melanjutkan mimpi kita... Di awal tahun.
Detik bergilir... seperti biasanya, kita bercengkrama pagi siang malam, membahas apa saja. Namun, kenapa tidak ada gairah dalam desahan kita?
Tetiba kenangan buruk itu datang lagi. Sikap yang kita benci selama ini datang lagi. Seperti biasa, aku akan membabi buta menghujanimu dengan beragam pertanyaan. Dan seperti yang ku tebak, kau akan menuduhku dengan ratusan alasan.
Dimanakah tawa yang kita bangun dalam waktu yang tidak singkat itu?
Komentar
Posting Komentar