Kita pun bercakap di dunia maya dengan basa-basi. Bertukar informasi kerja dan akun sosial media. Aku senang, serius!
Cuma beberapa percakapan saja, kita kehabisan bahan untuk dibicarakan. Konteksnya pun masalah pekerjaan, tidak ada yang lain.
Hey pria yang tersenyum, tahukah kamu aku sempat tergila-gila?
Betapa ajaibnya perasaan suka. Melihat foto yang kau pasang sebagai profil saja ku sudah senang. Tapi segera ku sadarkan diri. Kita sudah punya romansa dan dunia masing-masing. Aku akan profesional denganmu, ini masalah kerjaan.
Aku dan kamu tidak ada lagi berhubungan. Media sosialmu kugunakan sebagai pelepas rindu, jika disuatu masa aku rindu. Namun sayang sekali, tidak ada fotomu yang bisa ku tatap lama-lama.
Jumat terus bergilir. Rutinitasku melihat aktivitasmu juga bergulir. Ingin ku menghubungi nomormu, tapi tidak ada gunanya. Tak ada tujuan selain basa-basi yang tidak terarah.
Di suatu hari yang cerah, kau membagikan sebuah foto dimana kau memegang sebuah gambar wanita.
Bergetar jiwaku! Wahai pria yang tersenyum. Semoga kamu selalu berbagia.
Terhenti di situ.
Aku berhenti di situ. Seperti aku lupa satu hal, aku tidak tahu duniamu seperti apa dan belum ada waktu untuk mencari tahu. Kita berada di zona yang tidak mungkin bertemu dan hanya bisa memandang dari jauh.
Ku hela nafas ku dalam-dalam. Sepertinya aku buang-buang waktu.
Namun satu hal yang tidak berubah di pergantian Jumat, aku selalu menunggu pembaruan di media sosialmu. Aku ingin tahu seperti apa dirimu dari jauh. Aku ingin tahu apa yang kamu suka. Selalu penasaran dengan petualangan yang kamu lakukan.
Tapi masa bodoh. Aku tetap menyukai senyumanmu. Persetan dengan apa yang kamu lakukan, persetan dengan duniamu.
Yang aku tahu, senyumanmu memporak-porandakan duniaku.
Cuma beberapa percakapan saja, kita kehabisan bahan untuk dibicarakan. Konteksnya pun masalah pekerjaan, tidak ada yang lain.
Hey pria yang tersenyum, tahukah kamu aku sempat tergila-gila?
Betapa ajaibnya perasaan suka. Melihat foto yang kau pasang sebagai profil saja ku sudah senang. Tapi segera ku sadarkan diri. Kita sudah punya romansa dan dunia masing-masing. Aku akan profesional denganmu, ini masalah kerjaan.
Aku dan kamu tidak ada lagi berhubungan. Media sosialmu kugunakan sebagai pelepas rindu, jika disuatu masa aku rindu. Namun sayang sekali, tidak ada fotomu yang bisa ku tatap lama-lama.
Jumat terus bergilir. Rutinitasku melihat aktivitasmu juga bergulir. Ingin ku menghubungi nomormu, tapi tidak ada gunanya. Tak ada tujuan selain basa-basi yang tidak terarah.
Di suatu hari yang cerah, kau membagikan sebuah foto dimana kau memegang sebuah gambar wanita.
Bergetar jiwaku! Wahai pria yang tersenyum. Semoga kamu selalu berbagia.
Terhenti di situ.
Aku berhenti di situ. Seperti aku lupa satu hal, aku tidak tahu duniamu seperti apa dan belum ada waktu untuk mencari tahu. Kita berada di zona yang tidak mungkin bertemu dan hanya bisa memandang dari jauh.
Ku hela nafas ku dalam-dalam. Sepertinya aku buang-buang waktu.
Namun satu hal yang tidak berubah di pergantian Jumat, aku selalu menunggu pembaruan di media sosialmu. Aku ingin tahu seperti apa dirimu dari jauh. Aku ingin tahu apa yang kamu suka. Selalu penasaran dengan petualangan yang kamu lakukan.
Tapi masa bodoh. Aku tetap menyukai senyumanmu. Persetan dengan apa yang kamu lakukan, persetan dengan duniamu.
Yang aku tahu, senyumanmu memporak-porandakan duniaku.
Komentar
Posting Komentar