Mata itu. Dua mata dengan sorotan tak biasa yang menembus jiwa tenangku.
Berhari-hari jiwa ini tidak karuan. Hanya gara-gara dua bola mata tajam milik kamu. Segala cara sudah aku lakukan supaya tidak lagi memikirkan kamu. Namun, tidak semudah yang aku bayangkan.
Mungkin kamu tidak tahu, aku hanyalah lelaki biasa yang disibukan dengan dunia darat dan gunung. Kau sebutkan saja nama-nama gunung besar di negeri kita, sudah ku naiki semua itu.
Apa yang ingin kau tahu? Macam-macam peralatan yang dibutuhkan naik gunung? Cara survival? Brand-brand outdoor? Alat yang bagus dan cuaca ekstrem? Semuanya aku tahu.
Kau ingin menanyakan jalan daerah mana? Pelosok negeri mana? Biar nanti ku antarkan kamu ke sana. Semuanya aku tahu.
Yang tidak aku tahu adalah bagaimana cara menghadapi bola mata kamu yang tanpa seizinku bertemu dengan mataku. Yang menembus jiwaku. Dan itu tanpa aba-aba!
Beberapa Jumat aku biarkan diriku terjebak rasa ini. Aku ingin memastikan bahwa ini hanyalah sementara. Nanti juga akan lupa dan hilang begitu saja. Tapi, kenapa beberapa Jumat ini makin menggila tentang kamu?
Gila! Ini Gila!
Mungkin aku harus cari tahu tentang kamu.
Ku ingat lagi ID yang kamu kenakan saat aku melihatmu. Inilah hebatnya dunia maya, aku hanya perlu menuliskan nama perusahaanmu dan event kita bertemu. Keluarlah berita dari kamu, tertulis jelas nama di sana.
Aku tahu nama kamu!
Sampai di sana aku berhenti. Apa yang aku lakukan? Kenapa jiwaku menggila seperti ini? Aku normal?
Ya Tuhan! Ku tinggalkan laptopku dan langsung mengambil sepatu lari.
Ini gila sih, gila! Tolong wahai pemilik dua bola mata yang menembus jiwaku. Bisakah kamu pergi?
Ku lari.. .
Lari sekencang-kencangnya. Hampir saja menabrak gerobak abang-abang ketoprak di pengkolan.
"Hati-hati mas. Masih muda lho. Kasian ini gerobak saya," teriak mamang ketoprak sembari ketawa.
Tentu kata maaf harus ku ucapkan kepada mamang ketoprak yang sudah bertahun-tahun keliling kompleks perumahanku.
Halo jiwaku yang kelabu? Sudah sadar?
Setelah menarik nafas panjang-panjang, ku lanjutkan berlari sekeliling lagi. Tak sengaja aku melihat dua remaja tanggung sedang bermadu kasih di atas motor, di pinggir jembatan.
Dan gobloknya aku memperhatikan mereka lama-lama. Entah setan apa yang masuk ke jiwaku hingga harus memperhatikan bocah ingusan pacaran sore-sore di jembatan.
"Kenapa bang? Nggak pernah pacaran? Kok gitu banget ngeliatin kita," teriak si bocah laki-laki yang rambutnya berwarna karuan.
Kaget dong!
Astaga... Iya juga ya.
"Woi bang. Lo bengong kenapa? Jatuh cinta lo ya?" giliran si cewek yang berkata sembari tertawa bersama lelakinya yang berambut pelangi.
"Woi bocah! Masih bau matahari udah pacaran aja lo!" teriak gue membalas mereka sembari berlari kencang.
Jatuh cinta?
Jatuh cinta?
Memangnya jatuh cinta seperti ini?
Berhari-hari jiwa ini tidak karuan. Hanya gara-gara dua bola mata tajam milik kamu. Segala cara sudah aku lakukan supaya tidak lagi memikirkan kamu. Namun, tidak semudah yang aku bayangkan.
Mungkin kamu tidak tahu, aku hanyalah lelaki biasa yang disibukan dengan dunia darat dan gunung. Kau sebutkan saja nama-nama gunung besar di negeri kita, sudah ku naiki semua itu.
Apa yang ingin kau tahu? Macam-macam peralatan yang dibutuhkan naik gunung? Cara survival? Brand-brand outdoor? Alat yang bagus dan cuaca ekstrem? Semuanya aku tahu.
Kau ingin menanyakan jalan daerah mana? Pelosok negeri mana? Biar nanti ku antarkan kamu ke sana. Semuanya aku tahu.
Yang tidak aku tahu adalah bagaimana cara menghadapi bola mata kamu yang tanpa seizinku bertemu dengan mataku. Yang menembus jiwaku. Dan itu tanpa aba-aba!
Beberapa Jumat aku biarkan diriku terjebak rasa ini. Aku ingin memastikan bahwa ini hanyalah sementara. Nanti juga akan lupa dan hilang begitu saja. Tapi, kenapa beberapa Jumat ini makin menggila tentang kamu?
Gila! Ini Gila!
Mungkin aku harus cari tahu tentang kamu.
Ku ingat lagi ID yang kamu kenakan saat aku melihatmu. Inilah hebatnya dunia maya, aku hanya perlu menuliskan nama perusahaanmu dan event kita bertemu. Keluarlah berita dari kamu, tertulis jelas nama di sana.
Aku tahu nama kamu!
Sampai di sana aku berhenti. Apa yang aku lakukan? Kenapa jiwaku menggila seperti ini? Aku normal?
Ya Tuhan! Ku tinggalkan laptopku dan langsung mengambil sepatu lari.
Ini gila sih, gila! Tolong wahai pemilik dua bola mata yang menembus jiwaku. Bisakah kamu pergi?
Ku lari.. .
Lari sekencang-kencangnya. Hampir saja menabrak gerobak abang-abang ketoprak di pengkolan.
"Hati-hati mas. Masih muda lho. Kasian ini gerobak saya," teriak mamang ketoprak sembari ketawa.
Tentu kata maaf harus ku ucapkan kepada mamang ketoprak yang sudah bertahun-tahun keliling kompleks perumahanku.
Halo jiwaku yang kelabu? Sudah sadar?
Setelah menarik nafas panjang-panjang, ku lanjutkan berlari sekeliling lagi. Tak sengaja aku melihat dua remaja tanggung sedang bermadu kasih di atas motor, di pinggir jembatan.
Dan gobloknya aku memperhatikan mereka lama-lama. Entah setan apa yang masuk ke jiwaku hingga harus memperhatikan bocah ingusan pacaran sore-sore di jembatan.
"Kenapa bang? Nggak pernah pacaran? Kok gitu banget ngeliatin kita," teriak si bocah laki-laki yang rambutnya berwarna karuan.
Kaget dong!
Astaga... Iya juga ya.
"Woi bang. Lo bengong kenapa? Jatuh cinta lo ya?" giliran si cewek yang berkata sembari tertawa bersama lelakinya yang berambut pelangi.
"Woi bocah! Masih bau matahari udah pacaran aja lo!" teriak gue membalas mereka sembari berlari kencang.
Jatuh cinta?
Jatuh cinta?
Memangnya jatuh cinta seperti ini?
Komentar
Posting Komentar