Happy New Years!
Kembang api berdentum-dentum di antara rintik hujan deras yang melanda Jakarta. Kutarik lagi selimut, kupejam eratkan lagi mata dan sumbat telingku. Berisik!
Hujan semakin deras. Dinding kamarku pun mulai diresapi air dan menetes dengan kencang. Berlari ku keluar kamar kosan, mengambil baju buluk yang biasa kugunakan sebagai pel lantai.
Setelah urusan kamar selesai, termenung lagilah aku di pinggir kasur. Sepertinya ini sudah dua minggu berlalu. Namun otakku masih susah lepas dari kebiasaan yang bikin rindu itu.
Oke, coba picingkan mata dulu. Siapa tahu dia bisa lupa begitu saja seiring rentetan hujan petir yang menggelegar di pergantian tahun ini. Ya Tuhan! Kenapa tidak semudah yang aku bayangkan?
Ku raihlah ponsel yang berada di bawah bantal. Seperti biasa, tidak ada pertanda dari kamu. Sialnya, tanpa sadar ku menunggu notifikasi dari kamu. Iya Kamu!
Mengisi malam pergantian tahun, ratusan foto yang kita abadikan menjadi saksi. Perlahan-lahan, satu ku hapus. Satu persatu kuhilangkan. Hei, ini Tahun Baru, aku ingin melangkah dengan cara meninggalkan jejak kamu.
Azan berkumandang.
Baik, mungkin ini cara Tuhan membuka jalan yang lebih terang. Kenapa aku tidak mengadu saja ke pencipta semesta?
Pagi itu, di Tahun Baru, aku mengadu kepada Pencipta bahwa aku siap untuk lembaran baru.
Kembang api berdentum-dentum di antara rintik hujan deras yang melanda Jakarta. Kutarik lagi selimut, kupejam eratkan lagi mata dan sumbat telingku. Berisik!
Hujan semakin deras. Dinding kamarku pun mulai diresapi air dan menetes dengan kencang. Berlari ku keluar kamar kosan, mengambil baju buluk yang biasa kugunakan sebagai pel lantai.
Setelah urusan kamar selesai, termenung lagilah aku di pinggir kasur. Sepertinya ini sudah dua minggu berlalu. Namun otakku masih susah lepas dari kebiasaan yang bikin rindu itu.
Oke, coba picingkan mata dulu. Siapa tahu dia bisa lupa begitu saja seiring rentetan hujan petir yang menggelegar di pergantian tahun ini. Ya Tuhan! Kenapa tidak semudah yang aku bayangkan?
Ku raihlah ponsel yang berada di bawah bantal. Seperti biasa, tidak ada pertanda dari kamu. Sialnya, tanpa sadar ku menunggu notifikasi dari kamu. Iya Kamu!
Mengisi malam pergantian tahun, ratusan foto yang kita abadikan menjadi saksi. Perlahan-lahan, satu ku hapus. Satu persatu kuhilangkan. Hei, ini Tahun Baru, aku ingin melangkah dengan cara meninggalkan jejak kamu.
Azan berkumandang.
Baik, mungkin ini cara Tuhan membuka jalan yang lebih terang. Kenapa aku tidak mengadu saja ke pencipta semesta?
Pagi itu, di Tahun Baru, aku mengadu kepada Pencipta bahwa aku siap untuk lembaran baru.
Good dug,
BalasHapus