Langsung ke konten utama

Dari Jumat ke Jumat (6)

Sampai kapan akan bersedih?
Pertayaan itu kutulis besar-besar di kertas dan tertempel tegap di dinding kamarku. Sebuah cara untuk menyembuhkan diri dari luka yang diukir sendiri.

Satu hal yang tidak pernah dibayangkan, khayalan iseng yang dulu membayangkan kau pergi itu benar-benar terjadi. Lucu, tapi menyadarkan aku untuk tidak macam-macam dengan pikiran.

Hari ini tanggal 3 Januari 2020. Jumat perdana di tahun Baru 2020.

Minggu awal yang berat. Bukan untuk masalah percintaan saja, tapi semua hal. Kebakaran besar di benua sebelah, ribuan hewan terpangggang. Sedih! Negara seberang juga menghadapi virus yang menjalar ke luar negaranya. Dunia pun was-was.

Namun apa dayaku memikirkan orang lain, sedangkan hati ini tidak karuan? Ya Tuhan, biarkanlah minggu pertama ini berjalan dengan kuat. Hanya itu pintaku, kuatlah hati ini!

Pukul 10.05 WIB, sebuah notifikasi berbunyi dari ponselku. Namun tak ku tanggapi, ah palingan hanya dari chat grup. Tidak penting.

Berlalu sampai siang, ponselku tergeletak begitu saja di meja kerja. Aku sibuk menonton video favoritku dan mencari bahan tulisan untuk kerja. Dan tetiba tanganku iseng, ingin stalker Instagram kamu.

Betapa terkejutnya, ketika ada pesan dari kamu.

"Halo"

Berdesir jantungku. Aku terdiam sejenak, apakah aku berhalusinasi karena lapar?

Ternyata benar, ini pesan dari kamu yang menyapa di Jumat siangku.

"Hi. Apa kabar?"

Tak selang lama kemudian, balasan dari kamu datang mengabari badanmu tak enak dan belum makan. Refleks diriku menekan ikon telfon dan langsung berjalan cepat ke luar. Bucin!

Bayangkan saja, membayangkan kamu sakit saja Jumat ku langsung goyah. Padahal aku minta kepada Tuhan untuk kuat di hari Jumat ini. Sepertinya Tuhan enggan mendengar doaku kali ini.

Setelah telfon di Jumat siang itu, kita lanjut berkirim pesan melepas rindu. Aww, wajah memerah menahan rindu tak bisa lenyap di wajahku. Senyum-senyum sendiri bibirku tatkala baca pesan dari kamu.

Sejenak aku lupa jika kita sedang terluka. Tapi tidak apa, aku ingin Jumat ini tersenyum cerah, walau di luar sedang mendung dan akan hujan deras.

Ah, yang penting rinduku sampai....

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dari Jumat ke Jumat: Siapa kamu? (5)

Puluhan Jumat berlalu begitu saja. Jiwa ku kembali tenang dan tidak ada lagi gejolak yang berarti. Dan kau pemilik mata, yang namanya saja bibirku bergetar menyebutnya, semoga kau berbahagia selalu. Semenjak malam itu aku sadar, bahwa kita berada di dua dimensi yang belum pernah kita pertemukan. Dimensi yang kita paksa untuk tidak bertemu, karena kondisi yang ada. Tapi tidak masalah, aku menikmati setiap getaran yang kau berikan. Terkadang aku menyesali pertemuan mata kita kala itu. Toh, akhirnya kita juga memisahkan mata ini dan pura-pura tidak tahu kan? Aku ralat, bukan 'kita', tapi hanya aku seorang. Sedih juga ya bila diceritakan detail seperti ini? Tapi tidak masalah, kok. Berlalu sudahlah berlalu. Aku menikmati duniaku yang penuh misteri ini. Bagaimana dengan kamu? -- Selamat Tahun Baru! Minggu ini festival yang mempertemukan kita dahulu diadakan kembali. Dan telah aku garis bawahi bahwa kita hanyalah dua manusia yang terlibat urusan kerja. Dalam kesempatan itu kita b...

Dari Jumat ke Jumat: Siapa kamu? (2)

Mata itu. Dua mata dengan sorotan tak biasa yang menembus jiwa tenangku. Berhari-hari jiwa ini tidak karuan. Hanya gara-gara dua bola mata tajam milik kamu. Segala cara sudah aku lakukan supaya tidak lagi memikirkan kamu. Namun, tidak semudah yang aku bayangkan. Mungkin kamu tidak tahu, aku hanyalah lelaki biasa yang disibukan dengan dunia darat dan gunung. Kau sebutkan saja nama-nama gunung besar di negeri kita, sudah ku naiki semua itu. Apa yang ingin kau tahu? Macam-macam peralatan yang dibutuhkan naik gunung? Cara survival? Brand-brand outdoor? Alat yang bagus dan cuaca ekstrem? Semuanya aku tahu. Kau ingin menanyakan jalan daerah mana? Pelosok negeri mana? Biar nanti ku antarkan kamu ke sana. Semuanya aku tahu. Yang tidak aku tahu adalah bagaimana cara menghadapi bola mata kamu yang tanpa seizinku bertemu dengan mataku. Yang menembus jiwaku. Dan itu tanpa aba-aba! Beberapa Jumat aku biarkan diriku terjebak rasa ini. Aku ingin memastikan bahwa ini hanyalah sementara. Nanti juga a...

Dari Jumat ke Jumat: Patah (4)

Apapun yang kamu lakukan, aku semakin jatuh cinta. Kamu tahu, dulu aku benci makanan manis, apalagi es krim. Namun karena kamu suka itu, aku pun mencoba menyukainya. Kamu punya kebiasaan jelek. Kamu suka bicara saat sedang mengunyah. Bibirmu dan pipimu sering bertaburan makanan dan es krim. Namun, kenapa kau cantik saat seperti itu? Jemariku akan menuju bibirmu yang lembut. "Makannya yang pelan sayangku," Kamu hanya mengangguk dan mengulang lagi kesalahan yang sama. Betapa menggemaskannya. Pada suatu hari kamu datang marah-marah kepadaku. Di saat itu juga pekerjaanku menumpuk. Kamu melampiaskan marahmu yang tidak terarah kepadaku. Aku meneriaki kamu dengan kata yang tidak sepantasnya. Kamu diam. Kamu menangis. Aku tersentak. Aku memelukmu, mengecup keningmu. Maafkan aku. Jumat terus berlalu dan berganti. Kamu semakin cantik, kamu semakin rewel, dan kamu semakin berambisi. Aku tetap suka. "Dia sudah berubah? Masih asal-asalan bicara?" Ibuku selalu menanyakan bagaim...