Langsung ke konten utama

DJKJ : Rindu


Kau tau apa yang paling sulit dilakukan di dunia ini? Menerima kenyataan.
Adapun kenyataan yang harus kuterima adalah kau tidak ada lagi di sisiku. Kita melangkah di jalan yang berbeda dengan membawa kenangan yang tidak ingin kita lepaskan.

Kita sepakat di malam itu, di malam kau hanya diam. Di malam kau membiarkan aku menangis sesegukan melepaskan emosi yang kau bilang hanya sesaat. Di malam kau tidak berkata apa-apa, menjelaskan bualan seperti biasa.

Kenapa kau tidak bohong saja malam itu? Kenapa kau tidak mencoba berkilah supaya aku tenang sejenak? Namun kau hanya diam.

Jumat terus berganti. Aku melangkah dengan gemetar setiap kenangan itu datang. Menghancurkan hari-hari yang sudah kurancang dengan baik.

Siang hari ini terik.

Sebuah panggilan masuk ke ponselku. Dan itu dari kamu.

Aku yang sedang encoba berdamai dengan perasaanku kembali kaca. Namun tetap saja panggilanmu ku angkat.

"Hai, apa kabar?" sapamu dengan lembut, nada yang dulu kau gunakan di setiap hari kita.

"Ada apa?"

"Kenapa nada kamu seperti itu? Masih marah?"

Memerahlah mukaku menahan emosi dari pertanyaanmu. Ada apa denganmu? Wahai pemilik jiwa yang dulu aku cintai, apa yang terjadi denganmu?

"Kamu ada otak? Hati kamu dimana? Masih sanggup kau berucap seperti itu?"

"Aku tidak tahu. Aku pikir kamu bahagia dengan penggantiku,"

Tanpa pikir, aku langsung mematikan panggilan di siang terik itu. Aku menangis lagi. Sejadi-jadinya.

Panggilan dari nomor yang sangat hafal bagiku masuk lagi.

"Apa lagi? Aku capek, jantungku sakit setiap mendengar nafas kamu di sana. Aku capek harus memikirkan orang seperti kamu. Apa lagi? Kau tidak puas melihatku seperti orang gila? Masih sanggup kau memikirkan aku bahagia? Seperti ini kau bilang bahagia? Setiap malam aku menangis pada ibuku. Setiap malam aku memanggil temanku. Setiap malam aku mengutuk diriku. Dan kau bilang aku bahagia?"

Aku ungkapkan semua umpatan yang seharusnya ku simpan. Tapi aku sudah tidak tahan. Sudah cukup! Apa yang kau lakukan? Hanya diam dan menarik nafas dalam.

"Kenapa kita tidak saling membahagiakan saja?" ungkapmu di tengah isakku yang belum reda.

Di tengah tangisku itu, aku tertawa sekeras-kerasnya.








































Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dari Jumat ke Jumat: Siapa kamu? (5)

Puluhan Jumat berlalu begitu saja. Jiwa ku kembali tenang dan tidak ada lagi gejolak yang berarti. Dan kau pemilik mata, yang namanya saja bibirku bergetar menyebutnya, semoga kau berbahagia selalu. Semenjak malam itu aku sadar, bahwa kita berada di dua dimensi yang belum pernah kita pertemukan. Dimensi yang kita paksa untuk tidak bertemu, karena kondisi yang ada. Tapi tidak masalah, aku menikmati setiap getaran yang kau berikan. Terkadang aku menyesali pertemuan mata kita kala itu. Toh, akhirnya kita juga memisahkan mata ini dan pura-pura tidak tahu kan? Aku ralat, bukan 'kita', tapi hanya aku seorang. Sedih juga ya bila diceritakan detail seperti ini? Tapi tidak masalah, kok. Berlalu sudahlah berlalu. Aku menikmati duniaku yang penuh misteri ini. Bagaimana dengan kamu? -- Selamat Tahun Baru! Minggu ini festival yang mempertemukan kita dahulu diadakan kembali. Dan telah aku garis bawahi bahwa kita hanyalah dua manusia yang terlibat urusan kerja. Dalam kesempatan itu kita b...

Dari Jumat ke Jumat: Siapa kamu? (2)

Mata itu. Dua mata dengan sorotan tak biasa yang menembus jiwa tenangku. Berhari-hari jiwa ini tidak karuan. Hanya gara-gara dua bola mata tajam milik kamu. Segala cara sudah aku lakukan supaya tidak lagi memikirkan kamu. Namun, tidak semudah yang aku bayangkan. Mungkin kamu tidak tahu, aku hanyalah lelaki biasa yang disibukan dengan dunia darat dan gunung. Kau sebutkan saja nama-nama gunung besar di negeri kita, sudah ku naiki semua itu. Apa yang ingin kau tahu? Macam-macam peralatan yang dibutuhkan naik gunung? Cara survival? Brand-brand outdoor? Alat yang bagus dan cuaca ekstrem? Semuanya aku tahu. Kau ingin menanyakan jalan daerah mana? Pelosok negeri mana? Biar nanti ku antarkan kamu ke sana. Semuanya aku tahu. Yang tidak aku tahu adalah bagaimana cara menghadapi bola mata kamu yang tanpa seizinku bertemu dengan mataku. Yang menembus jiwaku. Dan itu tanpa aba-aba! Beberapa Jumat aku biarkan diriku terjebak rasa ini. Aku ingin memastikan bahwa ini hanyalah sementara. Nanti juga a...

Dari Jumat ke Jumat: Patah (4)

Apapun yang kamu lakukan, aku semakin jatuh cinta. Kamu tahu, dulu aku benci makanan manis, apalagi es krim. Namun karena kamu suka itu, aku pun mencoba menyukainya. Kamu punya kebiasaan jelek. Kamu suka bicara saat sedang mengunyah. Bibirmu dan pipimu sering bertaburan makanan dan es krim. Namun, kenapa kau cantik saat seperti itu? Jemariku akan menuju bibirmu yang lembut. "Makannya yang pelan sayangku," Kamu hanya mengangguk dan mengulang lagi kesalahan yang sama. Betapa menggemaskannya. Pada suatu hari kamu datang marah-marah kepadaku. Di saat itu juga pekerjaanku menumpuk. Kamu melampiaskan marahmu yang tidak terarah kepadaku. Aku meneriaki kamu dengan kata yang tidak sepantasnya. Kamu diam. Kamu menangis. Aku tersentak. Aku memelukmu, mengecup keningmu. Maafkan aku. Jumat terus berlalu dan berganti. Kamu semakin cantik, kamu semakin rewel, dan kamu semakin berambisi. Aku tetap suka. "Dia sudah berubah? Masih asal-asalan bicara?" Ibuku selalu menanyakan bagaim...