Langsung ke konten utama

Dari Jumat ke Jumat: Smiling Man (2)

Teruntuk pria yang tersenyum. Sampai kapan kau akan membayangi kepalaku?

Beberapa hari setelah pertemuan itu, aku mulai melupakan senyuman itu. LEbih tepatnya aku berusaha keras untuk melupakan.

Gila! Apakah kamu menggunakan pelet tertentu di bibirmu, hingga aku menjadi seperti ini?

Sudah dua kali Jumat. Aku perlahan melupakan senyuman itu dan beraktifits seperti biasa. Telfonan dengan ibuku, debat dengan rekan kerjaku dan bermain dengan kucing di kos-kosan saat malam.

Sore ini begitu indah. Langit Jakarta tidak kotor-kotor amat. Langit biru perlahan ditutupi gelap dan matahari perlahan terbenam dibalik gedung-gedung tinggi itu.

Indah seperti senyuman kamu.

SIAL!

Kenapa wajah kamu datang lagi sore itu? Bisa beri waktu untuk aku menikmati sore ini? Pekerjaanku hari ini sungguh berat dan kamu jangan membuatku rindu.

Ku coba berjalan-jalan kecil mengelilingi atap gedung. Mungkin orang-orang yang melihatku akan berfikir, mungkin gadis ini kesurupan. Berkali-kali aku memutari atap, sambil menghela nafas dalam-dalam.

Kamu tahu apa yang kusesali saat ini? Aku tidak melihat senyumanmu lebih lama, aku tidak menghampiri kamu, aku tidak melihat ID Card kamu, aku tidak tahu siapa kamu!

Ya Tuhan, kenapa kau menciptakan manusia dengan senyum yang indah tapi aku tidak tahu namanya? Jahat!

Sore ini berbeda. Angin pun meniup lembut jilbabku. Seolah mereka menggoda aku yang sedang rindu.

Hey, sana! Jangan tiup-tiup mesra!

Aku kesal sendiri sembari menghempaskan tumit kaki yang tidak salah apa-apa. Aku geram sendiri karena tidak tahu kamu itu siapa. Aku kesal!

Huff.. Tarik nafas...Hah!

Ku cobalah ingat petuah-petuah ayahku saat ini.

"Kalau jodoh nanti juga bertemu, nak!" ucap ayahku di suatu masa.

Tunggu, kenapa aku memikirkan jodoh di saat seperti ini? Ya Tuhan, betapa jauhnya aku membayangkan dirimu di otakku.

Seandainya otakku bisa bicara, pasti dia akan berbicara seperti ini.

"Dia itu siapa, woi! Cari tahu dulu!"


Sore ini sangat menyebalkan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dari Jumat ke Jumat: Siapa kamu? (5)

Puluhan Jumat berlalu begitu saja. Jiwa ku kembali tenang dan tidak ada lagi gejolak yang berarti. Dan kau pemilik mata, yang namanya saja bibirku bergetar menyebutnya, semoga kau berbahagia selalu. Semenjak malam itu aku sadar, bahwa kita berada di dua dimensi yang belum pernah kita pertemukan. Dimensi yang kita paksa untuk tidak bertemu, karena kondisi yang ada. Tapi tidak masalah, aku menikmati setiap getaran yang kau berikan. Terkadang aku menyesali pertemuan mata kita kala itu. Toh, akhirnya kita juga memisahkan mata ini dan pura-pura tidak tahu kan? Aku ralat, bukan 'kita', tapi hanya aku seorang. Sedih juga ya bila diceritakan detail seperti ini? Tapi tidak masalah, kok. Berlalu sudahlah berlalu. Aku menikmati duniaku yang penuh misteri ini. Bagaimana dengan kamu? -- Selamat Tahun Baru! Minggu ini festival yang mempertemukan kita dahulu diadakan kembali. Dan telah aku garis bawahi bahwa kita hanyalah dua manusia yang terlibat urusan kerja. Dalam kesempatan itu kita b...

Dari Jumat ke Jumat: Siapa kamu? (2)

Mata itu. Dua mata dengan sorotan tak biasa yang menembus jiwa tenangku. Berhari-hari jiwa ini tidak karuan. Hanya gara-gara dua bola mata tajam milik kamu. Segala cara sudah aku lakukan supaya tidak lagi memikirkan kamu. Namun, tidak semudah yang aku bayangkan. Mungkin kamu tidak tahu, aku hanyalah lelaki biasa yang disibukan dengan dunia darat dan gunung. Kau sebutkan saja nama-nama gunung besar di negeri kita, sudah ku naiki semua itu. Apa yang ingin kau tahu? Macam-macam peralatan yang dibutuhkan naik gunung? Cara survival? Brand-brand outdoor? Alat yang bagus dan cuaca ekstrem? Semuanya aku tahu. Kau ingin menanyakan jalan daerah mana? Pelosok negeri mana? Biar nanti ku antarkan kamu ke sana. Semuanya aku tahu. Yang tidak aku tahu adalah bagaimana cara menghadapi bola mata kamu yang tanpa seizinku bertemu dengan mataku. Yang menembus jiwaku. Dan itu tanpa aba-aba! Beberapa Jumat aku biarkan diriku terjebak rasa ini. Aku ingin memastikan bahwa ini hanyalah sementara. Nanti juga a...

Dari Jumat ke Jumat: Patah (4)

Apapun yang kamu lakukan, aku semakin jatuh cinta. Kamu tahu, dulu aku benci makanan manis, apalagi es krim. Namun karena kamu suka itu, aku pun mencoba menyukainya. Kamu punya kebiasaan jelek. Kamu suka bicara saat sedang mengunyah. Bibirmu dan pipimu sering bertaburan makanan dan es krim. Namun, kenapa kau cantik saat seperti itu? Jemariku akan menuju bibirmu yang lembut. "Makannya yang pelan sayangku," Kamu hanya mengangguk dan mengulang lagi kesalahan yang sama. Betapa menggemaskannya. Pada suatu hari kamu datang marah-marah kepadaku. Di saat itu juga pekerjaanku menumpuk. Kamu melampiaskan marahmu yang tidak terarah kepadaku. Aku meneriaki kamu dengan kata yang tidak sepantasnya. Kamu diam. Kamu menangis. Aku tersentak. Aku memelukmu, mengecup keningmu. Maafkan aku. Jumat terus berlalu dan berganti. Kamu semakin cantik, kamu semakin rewel, dan kamu semakin berambisi. Aku tetap suka. "Dia sudah berubah? Masih asal-asalan bicara?" Ibuku selalu menanyakan bagaim...