Puluhan Jumat berlalu begitu saja. Jiwa ku kembali tenang dan tidak ada lagi gejolak yang berarti. Dan kau pemilik mata, yang namanya saja bibirku bergetar menyebutnya, semoga kau berbahagia selalu.
Semenjak malam itu aku sadar, bahwa kita berada di dua dimensi yang belum pernah kita pertemukan. Dimensi yang kita paksa untuk tidak bertemu, karena kondisi yang ada.
Tapi tidak masalah, aku menikmati setiap getaran yang kau berikan. Terkadang aku menyesali pertemuan mata kita kala itu. Toh, akhirnya kita juga memisahkan mata ini dan pura-pura tidak tahu kan?
Aku ralat, bukan 'kita', tapi hanya aku seorang. Sedih juga ya bila diceritakan detail seperti ini?
Tapi tidak masalah, kok. Berlalu sudahlah berlalu. Aku menikmati duniaku yang penuh misteri ini. Bagaimana dengan kamu?
--
Semenjak malam itu aku sadar, bahwa kita berada di dua dimensi yang belum pernah kita pertemukan. Dimensi yang kita paksa untuk tidak bertemu, karena kondisi yang ada.
Tapi tidak masalah, aku menikmati setiap getaran yang kau berikan. Terkadang aku menyesali pertemuan mata kita kala itu. Toh, akhirnya kita juga memisahkan mata ini dan pura-pura tidak tahu kan?
Aku ralat, bukan 'kita', tapi hanya aku seorang. Sedih juga ya bila diceritakan detail seperti ini?
Tapi tidak masalah, kok. Berlalu sudahlah berlalu. Aku menikmati duniaku yang penuh misteri ini. Bagaimana dengan kamu?
--
Selamat Tahun Baru!
Minggu ini festival yang mempertemukan kita dahulu diadakan kembali. Dan telah aku garis bawahi bahwa kita hanyalah dua manusia yang terlibat urusan kerja.
Dalam kesempatan itu kita bertemu setelah di sekian Jumat perdana pertemuan kita. Aku sangat bersemangat!
Sebelum berangkat, sebelum ke luar dari pintu rumah. Aku bergumam dalam hati, bahwa kita adalah rekan kerja. Kita rekan kerja!
Asal kamu tahu, jantungku berdetak sangat kencang di hari itu. Tap detik menjelang kitabertmeu darahku berdesir tidak karuan. Kenapa aku seperti in? Hey otak! Kau tidak akan bertemu dengan wanitamu, kau bertemu dengan rekan kerja! Rekan kerja!
Detik-detik semakin dekat. Dari kejauhan aku bisa melihatmu. Kau bermain dengan ponselmu, menunduk menyembunyikan wahai dua bola mata itu.
Beberapa detik aku berdiam diri sebelum mendekat kepadamu. Entah kenapa langkah ku terhenti dan mataku tertuju kepadamu. Dari jauh, hanya dari jauh.
Ku tekankan lagi dalam hati, bahwa ini pertemuan rekan kerja.
Hanya rekan kerja!
Aku kembali menatapmu. Tatapan yang tidak akan pernah aku perlihatkan kepadamu. Tatapan yang saat itu, aku menggunakan hati. Tatapan yang hanya aku persiapkan untuk kamu, tanpa kamu tahu.
Ku tarik nafas dalam-dalam. Aku siap langkahkan kakiku menuju ke arahmu.
Beberapa langkah lagi mata itu akan bertemu denganku. Mata yang menghantuiku Jumat ke Jumatku, mata yang mengacaukan jiwaku.
Kau melambaikan tangan!
Baik hati dan otakku, ayo kita bekerjasama kali ini. Jangan kau kacaukan niatku untuk bertemu si pemilik mata itu. Jangan!
Detik itupun datang, 5 langkah lagi aku akan menatapmu.
Dan....... Aku tidak bisa lagi menahan mataku untuk tidak menatap matamu. Biarkan mataku menatapmu lebih lama saat ini.
Bolehkah, mata itu nanti ku tatap lagi?
Komentar
Posting Komentar