Langsung ke konten utama

Dari Jumat ke Jumat (13)


Seminggu sudah setelah deklarasi akan mewujudkan hati yang lebih baik. Berjanji akan menghormati keinginan hati dan mengenyampingkan semua yang membuat luka.

Minggu ini adalah ulang tahunku. Tepat di hari Jumat pertama di bulan Februari. Tapi jangan khawatir, saat ini hari masih Rabu.

Mulailah kususun hal-hal baru yang akan kulakukan nanti, sendiri. Kesannya sangat terlambat, bukan? Tidak apa-apa. Kita hanya boleh berencana, Tuhan yang kasih izin.

Di Rabu yang tidak cerah, kembali lagi ku ke atap. Ulang tahun kali ini berbeda. Tidak ada kejutan-kejutan mansi menjelang penambahan umur dari kamu. Tidak ada lagi pertanyaan yang sama setiap tahunnya.

"Kamu ingin kado apa?"


Aku tersenyum.

Hey, aku bisa tersenyum saat mengenang kamu. Wow! Aku kemudian tertawa dan menangis lagi. Luar biasa!

Rabu menjelang Jumat. Baru aku sadari, ternyata aku telah berusaha keras. Kamu bukanlah hal yang menyakitkan lagi.

Okey, sekarang kita tatap langit siang ini. Ku buka lagi galeri dan ratusan foto kita ada di dalamnya. Gulir ke bawah, gulir lagi dan bertemulah foto kado pertama yang kamu berikan kepadaku.

Saat itu, tepat di ulang tahunku. Kita bertengkar hebat. Padahal hari itu ulangtahun ku, namun persetan. Aku dan kamu bertengkar seperti kucing.

Di malam harinya, kamu datang ke kosanku. Memaksaku keluar dan menunggu dengan senyuman khasmu di depan.

Tentu aku terpaksa keluar. Kau dengan senyum semringah, menyambutku wajah cemberutku dan menarik lenganku.

"Hey, aku punya sesuatu untuk kamu,"


Sebuah kotak besar kau serahkan kepadaku. Aku yang masih marah kepadamu mencoba sok menolak. Namun karena kau tahu, aku sangat rindu kepadamu, kau usap kepalaku.

"Maaf ya sayang. Selamat ulang tahun,"


Perempuan mana yang tak luluh? Aku luluh. Senyuman kecil pun melambai di bibirku. Malam itu kita makin menyatu.

Ah, betapa manisnya kenangan lama. Aku hanya tersenyum dan menarik nafas panjang. Semua akan indah di waktunya.

Yang dulu tetaplah indah, dan sekarang waktunya untuk bergerak, bukan?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dari Jumat ke Jumat: Siapa kamu? (5)

Puluhan Jumat berlalu begitu saja. Jiwa ku kembali tenang dan tidak ada lagi gejolak yang berarti. Dan kau pemilik mata, yang namanya saja bibirku bergetar menyebutnya, semoga kau berbahagia selalu. Semenjak malam itu aku sadar, bahwa kita berada di dua dimensi yang belum pernah kita pertemukan. Dimensi yang kita paksa untuk tidak bertemu, karena kondisi yang ada. Tapi tidak masalah, aku menikmati setiap getaran yang kau berikan. Terkadang aku menyesali pertemuan mata kita kala itu. Toh, akhirnya kita juga memisahkan mata ini dan pura-pura tidak tahu kan? Aku ralat, bukan 'kita', tapi hanya aku seorang. Sedih juga ya bila diceritakan detail seperti ini? Tapi tidak masalah, kok. Berlalu sudahlah berlalu. Aku menikmati duniaku yang penuh misteri ini. Bagaimana dengan kamu? -- Selamat Tahun Baru! Minggu ini festival yang mempertemukan kita dahulu diadakan kembali. Dan telah aku garis bawahi bahwa kita hanyalah dua manusia yang terlibat urusan kerja. Dalam kesempatan itu kita b...

Dari Jumat ke Jumat: Siapa kamu? (2)

Mata itu. Dua mata dengan sorotan tak biasa yang menembus jiwa tenangku. Berhari-hari jiwa ini tidak karuan. Hanya gara-gara dua bola mata tajam milik kamu. Segala cara sudah aku lakukan supaya tidak lagi memikirkan kamu. Namun, tidak semudah yang aku bayangkan. Mungkin kamu tidak tahu, aku hanyalah lelaki biasa yang disibukan dengan dunia darat dan gunung. Kau sebutkan saja nama-nama gunung besar di negeri kita, sudah ku naiki semua itu. Apa yang ingin kau tahu? Macam-macam peralatan yang dibutuhkan naik gunung? Cara survival? Brand-brand outdoor? Alat yang bagus dan cuaca ekstrem? Semuanya aku tahu. Kau ingin menanyakan jalan daerah mana? Pelosok negeri mana? Biar nanti ku antarkan kamu ke sana. Semuanya aku tahu. Yang tidak aku tahu adalah bagaimana cara menghadapi bola mata kamu yang tanpa seizinku bertemu dengan mataku. Yang menembus jiwaku. Dan itu tanpa aba-aba! Beberapa Jumat aku biarkan diriku terjebak rasa ini. Aku ingin memastikan bahwa ini hanyalah sementara. Nanti juga a...

Dari Jumat ke Jumat: Patah (4)

Apapun yang kamu lakukan, aku semakin jatuh cinta. Kamu tahu, dulu aku benci makanan manis, apalagi es krim. Namun karena kamu suka itu, aku pun mencoba menyukainya. Kamu punya kebiasaan jelek. Kamu suka bicara saat sedang mengunyah. Bibirmu dan pipimu sering bertaburan makanan dan es krim. Namun, kenapa kau cantik saat seperti itu? Jemariku akan menuju bibirmu yang lembut. "Makannya yang pelan sayangku," Kamu hanya mengangguk dan mengulang lagi kesalahan yang sama. Betapa menggemaskannya. Pada suatu hari kamu datang marah-marah kepadaku. Di saat itu juga pekerjaanku menumpuk. Kamu melampiaskan marahmu yang tidak terarah kepadaku. Aku meneriaki kamu dengan kata yang tidak sepantasnya. Kamu diam. Kamu menangis. Aku tersentak. Aku memelukmu, mengecup keningmu. Maafkan aku. Jumat terus berlalu dan berganti. Kamu semakin cantik, kamu semakin rewel, dan kamu semakin berambisi. Aku tetap suka. "Dia sudah berubah? Masih asal-asalan bicara?" Ibuku selalu menanyakan bagaim...