Seminggu sudah setelah deklarasi akan mewujudkan hati yang lebih baik. Berjanji akan menghormati keinginan hati dan mengenyampingkan semua yang membuat luka.
Minggu ini adalah ulang tahunku. Tepat di hari Jumat pertama di bulan Februari. Tapi jangan khawatir, saat ini hari masih Rabu.
Mulailah kususun hal-hal baru yang akan kulakukan nanti, sendiri. Kesannya sangat terlambat, bukan? Tidak apa-apa. Kita hanya boleh berencana, Tuhan yang kasih izin.
Di Rabu yang tidak cerah, kembali lagi ku ke atap. Ulang tahun kali ini berbeda. Tidak ada kejutan-kejutan mansi menjelang penambahan umur dari kamu. Tidak ada lagi pertanyaan yang sama setiap tahunnya.
"Kamu ingin kado apa?"
Aku tersenyum.
Hey, aku bisa tersenyum saat mengenang kamu. Wow! Aku kemudian tertawa dan menangis lagi. Luar biasa!
Rabu menjelang Jumat. Baru aku sadari, ternyata aku telah berusaha keras. Kamu bukanlah hal yang menyakitkan lagi.
Okey, sekarang kita tatap langit siang ini. Ku buka lagi galeri dan ratusan foto kita ada di dalamnya. Gulir ke bawah, gulir lagi dan bertemulah foto kado pertama yang kamu berikan kepadaku.
Saat itu, tepat di ulang tahunku. Kita bertengkar hebat. Padahal hari itu ulangtahun ku, namun persetan. Aku dan kamu bertengkar seperti kucing.
Di malam harinya, kamu datang ke kosanku. Memaksaku keluar dan menunggu dengan senyuman khasmu di depan.
Tentu aku terpaksa keluar. Kau dengan senyum semringah, menyambutku wajah cemberutku dan menarik lenganku.
"Hey, aku punya sesuatu untuk kamu,"
Sebuah kotak besar kau serahkan kepadaku. Aku yang masih marah kepadamu mencoba sok menolak. Namun karena kau tahu, aku sangat rindu kepadamu, kau usap kepalaku.
"Maaf ya sayang. Selamat ulang tahun,"
Perempuan mana yang tak luluh? Aku luluh. Senyuman kecil pun melambai di bibirku. Malam itu kita makin menyatu.
Ah, betapa manisnya kenangan lama. Aku hanya tersenyum dan menarik nafas panjang. Semua akan indah di waktunya.
Yang dulu tetaplah indah, dan sekarang waktunya untuk bergerak, bukan?
Minggu ini adalah ulang tahunku. Tepat di hari Jumat pertama di bulan Februari. Tapi jangan khawatir, saat ini hari masih Rabu.
Mulailah kususun hal-hal baru yang akan kulakukan nanti, sendiri. Kesannya sangat terlambat, bukan? Tidak apa-apa. Kita hanya boleh berencana, Tuhan yang kasih izin.
Di Rabu yang tidak cerah, kembali lagi ku ke atap. Ulang tahun kali ini berbeda. Tidak ada kejutan-kejutan mansi menjelang penambahan umur dari kamu. Tidak ada lagi pertanyaan yang sama setiap tahunnya.
"Kamu ingin kado apa?"
Aku tersenyum.
Hey, aku bisa tersenyum saat mengenang kamu. Wow! Aku kemudian tertawa dan menangis lagi. Luar biasa!
Rabu menjelang Jumat. Baru aku sadari, ternyata aku telah berusaha keras. Kamu bukanlah hal yang menyakitkan lagi.
Okey, sekarang kita tatap langit siang ini. Ku buka lagi galeri dan ratusan foto kita ada di dalamnya. Gulir ke bawah, gulir lagi dan bertemulah foto kado pertama yang kamu berikan kepadaku.
Saat itu, tepat di ulang tahunku. Kita bertengkar hebat. Padahal hari itu ulangtahun ku, namun persetan. Aku dan kamu bertengkar seperti kucing.
Di malam harinya, kamu datang ke kosanku. Memaksaku keluar dan menunggu dengan senyuman khasmu di depan.
Tentu aku terpaksa keluar. Kau dengan senyum semringah, menyambutku wajah cemberutku dan menarik lenganku.
"Hey, aku punya sesuatu untuk kamu,"
Sebuah kotak besar kau serahkan kepadaku. Aku yang masih marah kepadamu mencoba sok menolak. Namun karena kau tahu, aku sangat rindu kepadamu, kau usap kepalaku.
"Maaf ya sayang. Selamat ulang tahun,"
Perempuan mana yang tak luluh? Aku luluh. Senyuman kecil pun melambai di bibirku. Malam itu kita makin menyatu.
Ah, betapa manisnya kenangan lama. Aku hanya tersenyum dan menarik nafas panjang. Semua akan indah di waktunya.
Yang dulu tetaplah indah, dan sekarang waktunya untuk bergerak, bukan?
Komentar
Posting Komentar