Siapa gadis bermuka bulat itu?
Tahun kedua kuliah. Kita berada di kelas yang berbeda, namun di fakultas yang sama. Aku dengan duniaku, kamu dengan duniamu. Namun dari kejauhan, aku memperhatikanmu.
Siang itu, kita tidak sengaja berpapasan di lorong. Masih aku ingat, kau dengan kemeja kotak berwarna merah, berjilbab dongker, dan mengenakan sneakers.
Tidak ada sentuhan kosmetik di wajahmu, bahkan bibirmu tanpa polesan pewarna tetap indah. Aku tahu, kamu cantik. Dan kamu tidak perlu semua itu.
"Woi, kemana?" Sapa kamu asal-asalan.
Aku terkejut. Aku pikir kayu menyapaku, ternyata tidak. Kau menyapa rekan kelasmu yang tepat berada di belakangku. Nyaris saja, untung kau tidak tahu seperti apa harapku jika kau benar menyapaku.
Semenjak siang itu, aku semakin merindukan kamu.
Orang-orang bilang, kamu adalah gadis aneh dan kasar. Namun bagiku kau adalah gadis yang menarik. Bicaramu yang asal-asalan, terkesan sangat sok akrab, namun itu yang membuat kamu hebat. Kamu tidak pandang bulu berteman dan aku suka itu.
Ku kumpulkan keberanian untuk lebih dekat denganmu. Aku tahu, kau mendaftar untuk panitia penyambutan anak baru. Dengan segera, ku tuliskan namaku sama dengan divisimu.
Betapa beruntungnya aku bisa melihat matamu dari dekat. Aku tahu kamu suka ayam goreng, aku tahu kamu benci horor dan aku juga tahu kamu tidak ingin diremehkan.
Aku hafal bagaimana bila kamu tertawa. Gigi kelincimu akan terlihat begitu besar saat kau tertawa. Menggemaskan menurutku. Aku juga tahu kamu jika sedang risau, kamu akan mencari es krim. Aku senang mengenal kamu.
Malam itu, tanpa pikir panjang lagi, aku mencurahkan perasaanku. Aku menyukaimu, maukah kau menjadi kekasihku?
Sangat membekas di kepalaku, kau tertawa saat mendengarkanku. Sungguh, malam itu jantungku tidak berada di tempatnya dan kau tertawa?
Seperti yang ku duga, kau pasti akan menolakku. Tapi aku tidak akan berhenti. Aku akan buat kamu jatuh cinta kepadaku.
Aku mengirimu pesan. Aku menelfonmu setiap malam. Aku menunggu kamu pulang kuliah. Aku tawarkan semua waktuku kepadamu. Jawabanya? Kamu menjauhiku.
Namun, tidak akan berhenti langkahku mendapatkaanmu. Kamu tahukan, jika teman-temanku menyuruhku berhenti. Namun entah mengapa aku sangat yakin kau akan menjadi wanitaku.
Menjelang kemerdekaan RI, aku naik gunung dengan teman-temanku. Seperti remaja tanggung, ku tuliskan kalimat cintaku di secarik kertas dan ku abadikan dalam gambar. Tidak sabar ingin ku kirim kepadamu saat nanti turun.
Tak sabar aku menunggu jawaban dari kamu.
Seminggu lebih kau tidak membalas pesanku.
Di suatu siang, kau menyuruhku ke perpustakaan. Kau pinta aku mencari sebuah buku di rak-rak berwana abu-abu dan membuka halaman sesuai tanggal hari itu.
Entah, bingung diriku kenapa kau memperumit aku seperti ini. Namun tidak ada pilihan, aku lakukan semua mau mu.
Siang itu...
Dalam buku itu...
Tertulis dengan jelas.
I LOVE YOU TOO!
Aku berteriak keras dan tertawa. Ku kepalkan tanganku dan ku ciumi lembaran kertas itu.
Petugas pustaka pun langsung mengusirku.
Komentar
Posting Komentar