Langsung ke konten utama

DJKJ: Rindu (3)



Terkadang aku mengenang masa-masa di mana mula tanganmu menggenggam tanganku. Malu tapi mau.

Saat itu tetes hujan berangsur turun. Aku berboncengan denganmu dan tanganku terdiam di tas yang memisahkan jarak punggungmu ke tubuhku. Aku terpaku diam saat kau mengoceh tentang hari ini yang mendung.

"Kamu kenapa diam saja?"

"Kamu lagi bicara. Aku ingin mendengarkan lebih lama lagi," jawabku sekenanya.

"Tanganmu mana?"

"Ini sedang memegang tas,"

"Kemarikan tasmu. Biar ku sandang," kamu mun menepi dan menghentikan motormu dan menyandangkan tasku ke dadamu. Perjalananmu kembali dilanjutkan dan kau berceloteh tentang hujan sore ini.

"Hallo.. Kamu masih bersamaku?"

"Iya. Aku masih bersamamu. Mendengarkan celotehmu yang tak kunjung henti itu,"
jawabku dengan tawa.

"Tangan kamu mana?"

"Tepat dibelakangmu,"
ujarku sembari mengangkat kedua belah tanganku.

"Boleh aku pinjam sebentar tanganmu?" kemudian tangan kirimu meraih tangan kiriku dan melilitkannya ke pinggangmu. Aku terkejut tapi aku tidak membantah.

"Mana tangan kananmu? Tangan kirimu tak kan sanggup berpisah jauh dari tangan kananmu," bicaramu sekenanya.

"Ini," kataku sembari memeluk pinggangmu. Kedua lenganku berpadu ditubuhmu sore itu. Senyum tidak lepas dari bibirmu, begitu juga dengan bibirku.

"Jangan kau lepas sampai di tempatmu. Jangan sesekali mencoba melepas tanganmu," ujarmu sembari memegang kedua tanganku yang tepat di dadamu.

Sore itu begitu syahdu.

Semenjak hari itu kamu selalu memarahiku bila melepas genggamanmu. 


--

Sore ini langit Jakarta berwarna cantik. Anginpun bertiup sepoi-sepoi mengibaskan jilbabku yang berwarna abu-abu. Kemudian aku mengingat lagi lelaki dengan senyuman itu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

DJKJ: Yang Datang Tiba-tiba (5)

Runtuh semua pertahananku. Runtuh seruntuh-runtuhnya Hati yang ku larang untuk rindu, kembali bergejolak. Sakit, sangat sakit! Malam itu aku tumpahkan semua umpatan yang ada di kepalaku.  Semua binatang yang menjadi tujuan ku lontarkan ke udara. Anjing! Malam itu aku menangis sejadi-jadinya. Sesak! Sangat sesak!   Hatiku serasa dicabik-cabik oleh kenyataan bahwa aku belum bisa lepas dari bayangan dia sedangkan otakku ingin meraih dekapan lain. Tapi hati tidak bisa berbohong otakku tak bisa mengalahkan hati yang terpaut sakit dan waktu. Hati ini terlalu lama dikekang satu bayangan hingga dia untuk berpindah butuh waktu, Ku tarik nafas dalam-dalam dan coba menenangkan hati. Tuhan, aku tak sanggup menahan sakit seperti ini lebih lama! Aku tak ingin membawa orang lain terlibat dalam kekacauan ini.   Aku harus melepas semua ini pergi. Tak terkecuali! Aku ingin hidup tenang Tuhan! Aku ingin hidup tenang! Ku raih ponsel yang baru saja ku hempaskan dengan kasar ke dinding kamarku...

ASUS VivoBook Ultra A412DA, Leptop Tipis Kekinian yang Buat Milenials Jatuh Cinta

Kita adalah generasi yang hidup di zaman digital. Butuh semua yang ringkas, cepat dan yang pasti juga bergaya. Zaman yang semakin canggih dan kebutuhan yang semakin menuntut untuk cepat tanggap membuat kita butuh alat pendukung yang juga mumpuni. Salah satunya adalah leptop. Penyimpanan data penting, foto perjalanan, dan juga ragam ide tulisan membuat kita sangat bergantung dengan leptop. Apalagi yang pekerjaannya dalam dunia tulis-menulis seperti jurnalis dan blogger. Sebagai anak milenials yang suka berbagi sesuatu di media sosial dan pekerjaan di dunia tulis-menulis,, saya membutuhkan leptop yang sangat mudah untuk dibawa-bawa. Walaupun ponsel zaman sekarang sudah semakin canggih dengan memori yang juga besar, kebutuhan akan leptop untuk dunia tulis-menulis tidak akan terputuskan. Layar yang fleksibel dan nyaman Seberapa penting sebuah leptop yang mudah dibawa kemana-mana? Sangatlah penting! Memorinya yang besar, baterainya...

Yeyy.... 'Liburan' ke Jepang!

Shibuya Crossing Penutup perjalanan akhir tahun 2019, saya mendapatkan kesempatan untuk liputan ke Jepang. Siapa sih yang tidak ingin ke Jepang? Saya salah satunya. Masih saya ingat momen saat Bunkasai di kampus, dimana semua tentang Jepang dipaparkan di sana. Salah satu yang menarik adalah penyewan baju yukata dan berfoto dengan latar Sakura. Sangat terlihat lucu dan saya tidak ada uang untuk menyewanya. Maklum saya salah satu mahasiswa kere di lingkungan sana. Kemudian saya celetuk asal-asalan kepada teman-teman saya "ntar aja dehm, gue mau foto di negaranya langsung saja," Tentu itu adalah ucapan asal-asalan mahasiswa yang makan saja susah. Boro-boro main ke Jepang. Namun beberapa tahun kemudian Tuhan berkata lain, karena urusan pekerjaan saya berkesempatan berkunjung ke beragam tempat. Jepang salah satunya." Sekedar informasi, Jepang adalah salah satu negara yang bervisa untuk paspor Indonesia. Dan saya mohon maaf tida kemngetahu s...