Sudah minggu ketiga saja di tahun ini. Betapa terasa begitu berat? Kenapa aku kehilangan gairah hidup? Enggan hidungku untuk menghirup udara rasanya.
Bangun tidur, dengan berat langkah aku persiapkan diriku berangkat kerja. Kosong, otakku terasa kosong. Tak ada yang kupikirkan, kecuali membasuh sisa air mata dan mengusap kelopak yang membengkak.
Apa? Kau menuduhku menangis?
Iya, aku menangis. Jam tiga dinihari aku kembali terbangun. Aku mengadu kepada Tuhan, sampai mataku bengkak dan tenggorokan terasa serak. Jantungku berdegup sangat kencang, menahan suara tangisku tak terdengar orang.
Sangat tidak lucu bukan, jika tengah malam tetiba ada suara tangis disertai tarikan ingus yang kencang? Sangat tidak seksi!
Beberapa hari ini, aku membiasakan diri tidak lagi melihat notifikasi di ponsel. Ku sadarkan diri bahwa tidak akan ada sapaan manis di pagi hari untuk membuka siangku.
Okey, rutinitasku pagi ini adalah minum segelas susu. Setelah itu mandi dan jangan lupa menyetel radio dengan gelombang favorit.
Dandan di depan cermin dan aku tatap lamat-lamat wajah ini.
"Gue bisa! Gue pasti bisa!" itulah teriakan pagi dari hati untuk memulai hariku.
Ku bereskan laptop, ponsel dan baju olahragaku. Ku persiapkan bekal, ku intip kulkas. Ternyata masih ada sebotol susu putih dan sebutir buah pir. Oke, cemilan sore ini aman.
Hampa, benar-benar hampa!
Terbayang bagaimana rutinitasku saat bersamamu. Pada jam-jam tertentu kita akan saling berkabar, mengirim foto-foto dengan wajah lucu, mengirimkan foto makan siang, disertai emoticon kecup. Uwuuu banget deh pokoknya kita.
Ku langkahkah lagi, ku sepak kerikil kecil yang menghalangi jalanku. Kutegapkan langkah sembari teriak dalam hati.
"Berhenti mengenang. Jangan diingat-ingat!"
Ku ingat lagi doaku kepada Tuhan. Banyak juga ternyata pintaku tadi malam.
Minta diampuni, minta rezki yang berlimpah, minta sehat mental dan jasmani, dan juga minta ketenangan hati. Ternyata aku tidak minta pengganti!
Ahh... jalani saja dulu. Karena ku yakin Tuhan punya cerita baru untukku. Seperti dulu, sebelum kau datang dan memasuki duniaku.
Sudah pukul 10.30 WIB. Aku harus bergegas. Semangatku tidak boleh kendor karena aku sudah minta kepada Tuhan untuk kuat.
Bangun tidur, dengan berat langkah aku persiapkan diriku berangkat kerja. Kosong, otakku terasa kosong. Tak ada yang kupikirkan, kecuali membasuh sisa air mata dan mengusap kelopak yang membengkak.
Apa? Kau menuduhku menangis?
Iya, aku menangis. Jam tiga dinihari aku kembali terbangun. Aku mengadu kepada Tuhan, sampai mataku bengkak dan tenggorokan terasa serak. Jantungku berdegup sangat kencang, menahan suara tangisku tak terdengar orang.
Sangat tidak lucu bukan, jika tengah malam tetiba ada suara tangis disertai tarikan ingus yang kencang? Sangat tidak seksi!
Beberapa hari ini, aku membiasakan diri tidak lagi melihat notifikasi di ponsel. Ku sadarkan diri bahwa tidak akan ada sapaan manis di pagi hari untuk membuka siangku.
Okey, rutinitasku pagi ini adalah minum segelas susu. Setelah itu mandi dan jangan lupa menyetel radio dengan gelombang favorit.
Dandan di depan cermin dan aku tatap lamat-lamat wajah ini.
"Gue bisa! Gue pasti bisa!" itulah teriakan pagi dari hati untuk memulai hariku.
Ku bereskan laptop, ponsel dan baju olahragaku. Ku persiapkan bekal, ku intip kulkas. Ternyata masih ada sebotol susu putih dan sebutir buah pir. Oke, cemilan sore ini aman.
Hampa, benar-benar hampa!
Terbayang bagaimana rutinitasku saat bersamamu. Pada jam-jam tertentu kita akan saling berkabar, mengirim foto-foto dengan wajah lucu, mengirimkan foto makan siang, disertai emoticon kecup. Uwuuu banget deh pokoknya kita.
Ku langkahkah lagi, ku sepak kerikil kecil yang menghalangi jalanku. Kutegapkan langkah sembari teriak dalam hati.
"Berhenti mengenang. Jangan diingat-ingat!"
Ku ingat lagi doaku kepada Tuhan. Banyak juga ternyata pintaku tadi malam.
Minta diampuni, minta rezki yang berlimpah, minta sehat mental dan jasmani, dan juga minta ketenangan hati. Ternyata aku tidak minta pengganti!
Ahh... jalani saja dulu. Karena ku yakin Tuhan punya cerita baru untukku. Seperti dulu, sebelum kau datang dan memasuki duniaku.
Sudah pukul 10.30 WIB. Aku harus bergegas. Semangatku tidak boleh kendor karena aku sudah minta kepada Tuhan untuk kuat.
Komentar
Posting Komentar