Langsung ke konten utama

Dari Jumat ke Jumat (10)

Sudah minggu ketiga saja di tahun ini. Betapa terasa begitu berat? Kenapa aku kehilangan gairah hidup? Enggan hidungku untuk menghirup udara rasanya.

Bangun tidur, dengan berat langkah aku persiapkan diriku berangkat kerja. Kosong, otakku terasa kosong. Tak ada yang kupikirkan, kecuali membasuh sisa air mata dan mengusap kelopak yang membengkak.

Apa? Kau menuduhku menangis?

Iya, aku menangis. Jam tiga dinihari aku kembali terbangun. Aku mengadu kepada Tuhan, sampai mataku bengkak dan tenggorokan terasa serak. Jantungku berdegup sangat kencang, menahan suara tangisku tak terdengar orang.

Sangat tidak lucu bukan, jika tengah malam tetiba ada suara tangis disertai tarikan ingus yang kencang? Sangat tidak seksi!

Beberapa hari ini, aku membiasakan diri tidak lagi melihat notifikasi di ponsel. Ku sadarkan diri bahwa tidak akan ada sapaan manis di pagi hari untuk membuka siangku.

Okey, rutinitasku pagi ini adalah minum segelas susu. Setelah itu mandi dan jangan lupa menyetel radio dengan gelombang favorit.

Dandan di depan cermin dan aku tatap lamat-lamat wajah ini.

"Gue bisa! Gue pasti bisa!" itulah teriakan pagi dari hati untuk memulai hariku.

Ku bereskan laptop, ponsel dan baju olahragaku. Ku persiapkan bekal, ku intip kulkas. Ternyata masih ada sebotol susu putih dan sebutir buah pir. Oke, cemilan sore ini aman.

Hampa, benar-benar hampa!

Terbayang bagaimana rutinitasku saat bersamamu. Pada jam-jam tertentu kita akan saling berkabar, mengirim foto-foto dengan wajah lucu, mengirimkan foto makan siang, disertai emoticon kecup. Uwuuu banget deh pokoknya kita.

Ku langkahkah lagi, ku sepak kerikil kecil yang menghalangi jalanku. Kutegapkan langkah sembari teriak dalam hati.

"Berhenti mengenang. Jangan diingat-ingat!"

Ku ingat lagi doaku kepada Tuhan. Banyak juga ternyata pintaku tadi malam.

Minta diampuni, minta rezki yang berlimpah, minta sehat mental dan jasmani, dan juga minta ketenangan hati. Ternyata aku tidak minta pengganti!

Ahh... jalani saja dulu. Karena ku yakin Tuhan punya cerita baru untukku. Seperti dulu, sebelum kau datang dan memasuki duniaku.

Sudah pukul 10.30 WIB. Aku harus bergegas. Semangatku tidak boleh kendor karena aku sudah minta kepada Tuhan untuk kuat.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dari Jumat ke Jumat: Siapa kamu? (5)

Puluhan Jumat berlalu begitu saja. Jiwa ku kembali tenang dan tidak ada lagi gejolak yang berarti. Dan kau pemilik mata, yang namanya saja bibirku bergetar menyebutnya, semoga kau berbahagia selalu. Semenjak malam itu aku sadar, bahwa kita berada di dua dimensi yang belum pernah kita pertemukan. Dimensi yang kita paksa untuk tidak bertemu, karena kondisi yang ada. Tapi tidak masalah, aku menikmati setiap getaran yang kau berikan. Terkadang aku menyesali pertemuan mata kita kala itu. Toh, akhirnya kita juga memisahkan mata ini dan pura-pura tidak tahu kan? Aku ralat, bukan 'kita', tapi hanya aku seorang. Sedih juga ya bila diceritakan detail seperti ini? Tapi tidak masalah, kok. Berlalu sudahlah berlalu. Aku menikmati duniaku yang penuh misteri ini. Bagaimana dengan kamu? -- Selamat Tahun Baru! Minggu ini festival yang mempertemukan kita dahulu diadakan kembali. Dan telah aku garis bawahi bahwa kita hanyalah dua manusia yang terlibat urusan kerja. Dalam kesempatan itu kita b...

Dari Jumat ke Jumat: Siapa kamu? (2)

Mata itu. Dua mata dengan sorotan tak biasa yang menembus jiwa tenangku. Berhari-hari jiwa ini tidak karuan. Hanya gara-gara dua bola mata tajam milik kamu. Segala cara sudah aku lakukan supaya tidak lagi memikirkan kamu. Namun, tidak semudah yang aku bayangkan. Mungkin kamu tidak tahu, aku hanyalah lelaki biasa yang disibukan dengan dunia darat dan gunung. Kau sebutkan saja nama-nama gunung besar di negeri kita, sudah ku naiki semua itu. Apa yang ingin kau tahu? Macam-macam peralatan yang dibutuhkan naik gunung? Cara survival? Brand-brand outdoor? Alat yang bagus dan cuaca ekstrem? Semuanya aku tahu. Kau ingin menanyakan jalan daerah mana? Pelosok negeri mana? Biar nanti ku antarkan kamu ke sana. Semuanya aku tahu. Yang tidak aku tahu adalah bagaimana cara menghadapi bola mata kamu yang tanpa seizinku bertemu dengan mataku. Yang menembus jiwaku. Dan itu tanpa aba-aba! Beberapa Jumat aku biarkan diriku terjebak rasa ini. Aku ingin memastikan bahwa ini hanyalah sementara. Nanti juga a...

Dari Jumat ke Jumat: Patah (4)

Apapun yang kamu lakukan, aku semakin jatuh cinta. Kamu tahu, dulu aku benci makanan manis, apalagi es krim. Namun karena kamu suka itu, aku pun mencoba menyukainya. Kamu punya kebiasaan jelek. Kamu suka bicara saat sedang mengunyah. Bibirmu dan pipimu sering bertaburan makanan dan es krim. Namun, kenapa kau cantik saat seperti itu? Jemariku akan menuju bibirmu yang lembut. "Makannya yang pelan sayangku," Kamu hanya mengangguk dan mengulang lagi kesalahan yang sama. Betapa menggemaskannya. Pada suatu hari kamu datang marah-marah kepadaku. Di saat itu juga pekerjaanku menumpuk. Kamu melampiaskan marahmu yang tidak terarah kepadaku. Aku meneriaki kamu dengan kata yang tidak sepantasnya. Kamu diam. Kamu menangis. Aku tersentak. Aku memelukmu, mengecup keningmu. Maafkan aku. Jumat terus berlalu dan berganti. Kamu semakin cantik, kamu semakin rewel, dan kamu semakin berambisi. Aku tetap suka. "Dia sudah berubah? Masih asal-asalan bicara?" Ibuku selalu menanyakan bagaim...