Rutinitasku begitu-begitu saja. Tidak ada yang spesial dan tidak ada yang bergejolak. Tapi semenjak bertemu dengan kamu, aku harus melakukan banyak hal untuk mengalihkan matamu.
Bisa gila aku berlama-lama seperti ini. Baiklah, kenapa aku tidak coba saja menghubungimu?
Tapi caranya gimana ya? Pura-pura salah kirim? Ajak kenalan langsung? Ah, terlalu kentara. Mungkin aku bisa bertanya masalah pekerjaan saja.
Dengan jantung deg-deg kan aku mengirimi pesan kepadamu melalui akun kerjaku. Berdebar jantungku menunggu respon mu. Dan benar saja, kau langsung membalas tentang urusan kerja. Hanya itu.
Tapi tidak apa-apa, setidaknya aku bisa melepas rasa penasaran akan matamu yang tidak biasa bagiku itu. Apakah aku normal, atau meamng kekuatanmu berada di kedua bola mata itu?
Rasa penasaranku semakin memuncak dan akhirnya aku memberanikan diri meminta kontak pribadimu. Kalian sudah tau jalan cerita selanjutnya seperti apa kan?
Aku mendapatkan kontak pribadinya. Ku niatkan dalam hati ini hanya sebatas kerja, urusan kerja! Tidak untuk yang lain. Aku dorong otakku untuk realis bahwa ini demi pekerjaan ke depannya. Tidak untuk yang lain.
Baik hati dan otakku, ayo kita bekerjasama dan hubungi pemilik mata ini. Kita bahas urusan kerja. Hanya sebatas urusan kerja saja!
Jumat ke Jumat terus berganti. Di saat aku mengingat pemilik mata itu lagi, aku sadar bahwa ini bukanlah perasaan sebatas untuk urusan kerja. Ini perasaan suka dan juga penasaran. Wahai kamu yang bermata tajam, bolehkah aku tenang sedikit? Bisakah kamu hilang dari kepalaku?
Di suatu malam. Sebuah tamparan jelas memaksa mata dan telingaku untuk tertutup. Kamu membagikan postingan bersama seorang pria yang kau sebut kekasihmu.
Sebuah kejutan. Sebuah kesimpulan bahwa aku harus berhenti. Sudah benar niatku awal bahwa ini adalah semata urusan pekerjaan.
Aku yakinkan hatiku, bahwa ini hanya penasaran.
Aku hanya penasaran!
Aku hanya penasaran!
Aku hanya penasaran!
Aku hanya penasaran!
Aku hanya penasaran!
Ku biarkan begitu saja ponselk tergeletak di atas meja. Aku berjalan ke arah rak sepatuku dan mengambil sepatu lari.
Sial! Aku tidak bisa tenang!
Bisa gila aku berlama-lama seperti ini. Baiklah, kenapa aku tidak coba saja menghubungimu?
Tapi caranya gimana ya? Pura-pura salah kirim? Ajak kenalan langsung? Ah, terlalu kentara. Mungkin aku bisa bertanya masalah pekerjaan saja.
Dengan jantung deg-deg kan aku mengirimi pesan kepadamu melalui akun kerjaku. Berdebar jantungku menunggu respon mu. Dan benar saja, kau langsung membalas tentang urusan kerja. Hanya itu.
Tapi tidak apa-apa, setidaknya aku bisa melepas rasa penasaran akan matamu yang tidak biasa bagiku itu. Apakah aku normal, atau meamng kekuatanmu berada di kedua bola mata itu?
Rasa penasaranku semakin memuncak dan akhirnya aku memberanikan diri meminta kontak pribadimu. Kalian sudah tau jalan cerita selanjutnya seperti apa kan?
Aku mendapatkan kontak pribadinya. Ku niatkan dalam hati ini hanya sebatas kerja, urusan kerja! Tidak untuk yang lain. Aku dorong otakku untuk realis bahwa ini demi pekerjaan ke depannya. Tidak untuk yang lain.
Baik hati dan otakku, ayo kita bekerjasama dan hubungi pemilik mata ini. Kita bahas urusan kerja. Hanya sebatas urusan kerja saja!
Jumat ke Jumat terus berganti. Di saat aku mengingat pemilik mata itu lagi, aku sadar bahwa ini bukanlah perasaan sebatas untuk urusan kerja. Ini perasaan suka dan juga penasaran. Wahai kamu yang bermata tajam, bolehkah aku tenang sedikit? Bisakah kamu hilang dari kepalaku?
Di suatu malam. Sebuah tamparan jelas memaksa mata dan telingaku untuk tertutup. Kamu membagikan postingan bersama seorang pria yang kau sebut kekasihmu.
Sebuah kejutan. Sebuah kesimpulan bahwa aku harus berhenti. Sudah benar niatku awal bahwa ini adalah semata urusan pekerjaan.
Aku yakinkan hatiku, bahwa ini hanya penasaran.
Aku hanya penasaran!
Aku hanya penasaran!
Aku hanya penasaran!
Aku hanya penasaran!
Aku hanya penasaran!
Ku biarkan begitu saja ponselk tergeletak di atas meja. Aku berjalan ke arah rak sepatuku dan mengambil sepatu lari.
Sial! Aku tidak bisa tenang!
Komentar
Posting Komentar