Langsung ke konten utama

Dari Jumat ke Jumat: Siapa kamu? (4)

Rutinitasku begitu-begitu saja. Tidak ada yang spesial dan tidak ada yang bergejolak. Tapi semenjak bertemu dengan kamu, aku harus melakukan banyak hal untuk mengalihkan matamu.

Bisa gila aku berlama-lama seperti ini. Baiklah, kenapa aku tidak coba saja menghubungimu?

Tapi caranya gimana ya? Pura-pura salah kirim? Ajak kenalan langsung? Ah, terlalu kentara. Mungkin aku bisa bertanya masalah pekerjaan saja.

Dengan jantung deg-deg kan aku mengirimi pesan kepadamu melalui akun kerjaku. Berdebar jantungku menunggu respon mu. Dan benar saja, kau langsung membalas tentang urusan kerja. Hanya itu.

Tapi tidak apa-apa, setidaknya aku bisa melepas rasa penasaran akan matamu yang tidak biasa bagiku itu. Apakah aku normal, atau meamng kekuatanmu berada di kedua bola mata itu?

Rasa penasaranku semakin memuncak dan akhirnya aku memberanikan diri meminta kontak pribadimu. Kalian sudah tau jalan cerita selanjutnya seperti apa kan?

Aku mendapatkan kontak pribadinya. Ku niatkan dalam hati ini hanya sebatas kerja, urusan kerja! Tidak untuk yang lain. Aku dorong otakku untuk realis bahwa ini demi pekerjaan ke depannya. Tidak untuk yang lain.

Baik hati dan otakku, ayo kita bekerjasama dan hubungi pemilik mata ini. Kita bahas urusan kerja. Hanya sebatas urusan kerja saja!

Jumat ke Jumat terus berganti. Di saat aku mengingat pemilik mata itu lagi, aku sadar bahwa ini bukanlah perasaan sebatas untuk urusan kerja. Ini perasaan suka dan juga penasaran. Wahai kamu yang bermata tajam, bolehkah aku tenang sedikit? Bisakah kamu hilang dari kepalaku?

Di suatu malam. Sebuah tamparan jelas memaksa mata dan telingaku untuk tertutup. Kamu membagikan postingan bersama seorang pria yang kau sebut kekasihmu.

Sebuah kejutan. Sebuah kesimpulan bahwa aku harus berhenti. Sudah benar niatku awal bahwa ini adalah semata urusan pekerjaan.

Aku yakinkan hatiku, bahwa ini hanya penasaran.

Aku hanya penasaran!
Aku hanya penasaran!
Aku hanya penasaran!
Aku hanya penasaran!
Aku hanya penasaran!


Ku biarkan begitu saja ponselk tergeletak di atas meja. Aku berjalan ke arah rak sepatuku dan mengambil sepatu lari.

Sial! Aku tidak bisa tenang!



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dari Jumat ke Jumat: Siapa kamu? (5)

Puluhan Jumat berlalu begitu saja. Jiwa ku kembali tenang dan tidak ada lagi gejolak yang berarti. Dan kau pemilik mata, yang namanya saja bibirku bergetar menyebutnya, semoga kau berbahagia selalu. Semenjak malam itu aku sadar, bahwa kita berada di dua dimensi yang belum pernah kita pertemukan. Dimensi yang kita paksa untuk tidak bertemu, karena kondisi yang ada. Tapi tidak masalah, aku menikmati setiap getaran yang kau berikan. Terkadang aku menyesali pertemuan mata kita kala itu. Toh, akhirnya kita juga memisahkan mata ini dan pura-pura tidak tahu kan? Aku ralat, bukan 'kita', tapi hanya aku seorang. Sedih juga ya bila diceritakan detail seperti ini? Tapi tidak masalah, kok. Berlalu sudahlah berlalu. Aku menikmati duniaku yang penuh misteri ini. Bagaimana dengan kamu? -- Selamat Tahun Baru! Minggu ini festival yang mempertemukan kita dahulu diadakan kembali. Dan telah aku garis bawahi bahwa kita hanyalah dua manusia yang terlibat urusan kerja. Dalam kesempatan itu kita b...

Dari Jumat ke Jumat: Siapa kamu? (2)

Mata itu. Dua mata dengan sorotan tak biasa yang menembus jiwa tenangku. Berhari-hari jiwa ini tidak karuan. Hanya gara-gara dua bola mata tajam milik kamu. Segala cara sudah aku lakukan supaya tidak lagi memikirkan kamu. Namun, tidak semudah yang aku bayangkan. Mungkin kamu tidak tahu, aku hanyalah lelaki biasa yang disibukan dengan dunia darat dan gunung. Kau sebutkan saja nama-nama gunung besar di negeri kita, sudah ku naiki semua itu. Apa yang ingin kau tahu? Macam-macam peralatan yang dibutuhkan naik gunung? Cara survival? Brand-brand outdoor? Alat yang bagus dan cuaca ekstrem? Semuanya aku tahu. Kau ingin menanyakan jalan daerah mana? Pelosok negeri mana? Biar nanti ku antarkan kamu ke sana. Semuanya aku tahu. Yang tidak aku tahu adalah bagaimana cara menghadapi bola mata kamu yang tanpa seizinku bertemu dengan mataku. Yang menembus jiwaku. Dan itu tanpa aba-aba! Beberapa Jumat aku biarkan diriku terjebak rasa ini. Aku ingin memastikan bahwa ini hanyalah sementara. Nanti juga a...

Dari Jumat ke Jumat: Patah (4)

Apapun yang kamu lakukan, aku semakin jatuh cinta. Kamu tahu, dulu aku benci makanan manis, apalagi es krim. Namun karena kamu suka itu, aku pun mencoba menyukainya. Kamu punya kebiasaan jelek. Kamu suka bicara saat sedang mengunyah. Bibirmu dan pipimu sering bertaburan makanan dan es krim. Namun, kenapa kau cantik saat seperti itu? Jemariku akan menuju bibirmu yang lembut. "Makannya yang pelan sayangku," Kamu hanya mengangguk dan mengulang lagi kesalahan yang sama. Betapa menggemaskannya. Pada suatu hari kamu datang marah-marah kepadaku. Di saat itu juga pekerjaanku menumpuk. Kamu melampiaskan marahmu yang tidak terarah kepadaku. Aku meneriaki kamu dengan kata yang tidak sepantasnya. Kamu diam. Kamu menangis. Aku tersentak. Aku memelukmu, mengecup keningmu. Maafkan aku. Jumat terus berlalu dan berganti. Kamu semakin cantik, kamu semakin rewel, dan kamu semakin berambisi. Aku tetap suka. "Dia sudah berubah? Masih asal-asalan bicara?" Ibuku selalu menanyakan bagaim...