Langsung ke konten utama

DJKJ: Rindu (2)


Rindu langkah kaki yang berselonjak di setiap Jumat malam menuju peraduan. Rindu menunggu jam 9 malam untuk mendengar suara pengantar tidur yang selalu kudengarkan di ratusan Jumat. Sekarang tidak ada lagi.


Kosong, sangat kosong. Otakku seperti terjatuh di lantai dan pecah berkeping-keping. Tujuan hidupku seperti sirna begitu saja setelah melangkah.

Ku hela nafas dalam-dalam. Sebenarnya apa yang aku inginkan? Kebebasan seperti apa yang aku harapkan?

Teruntuk Lelaki dengan senyuman yang puluhan Jumat lalu ku lihat.

Apa kabar?
Kenapa aku memikirkan senyuman itu disaat seperti in? Aku rindu senyuman itu. Apa kamu masih sibuk dengan duniamu? Tentu saja.

Wahai lelaki tersenyum. Apa aku menjadi wanita jahat saat ini memikirkan kamu? Apa aku menjadi wanita yang tidak ada harga diri lagi tetiba aku membayangkan senyuman itu?

Wahai pemilik senyuman. Sepertinya aku telah menjadi orang jahat. Merindukan kamu di saat hatiku terluka. Rindu getaran saat pertama berjumpa, rindu di awal aku menunggu senyuman yang ku tunggu di puluhan Jumat. Kenapa aku memikirkan kamu?

Ahh.. Sial. Aku benar-benar menjadi wanita yang tidak lagi punya harga diri.

Terbayang dibenakku untuk berlari ke arah kamu. Berlari memegang jemari yang hanya ku lihat jauh. Berlari dan bersandar ke pundakmu yang tepat berada di atas telingaku. Boleh aku melakukan itu di saat duniamu enggan membuka pintu untukku?

Boleh aku masuk ke pintu itu dan terkunci di dalamnya? Aku butuh itu. Bukan butuh, aku inginkan itu. Sangat ingin.



Ku tarik nafasku dalam-dalam, ku ingat lagi Tuhanku. Astaga, aku kehilangan akal sejenak.

Segera aku hapus pesan yang telah ku tulis di kolam pesan di kontakmu. Hampir saja aku melakukan hal bodoh.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

DJKJ: Yang Datang Tiba-tiba (5)

Runtuh semua pertahananku. Runtuh seruntuh-runtuhnya Hati yang ku larang untuk rindu, kembali bergejolak. Sakit, sangat sakit! Malam itu aku tumpahkan semua umpatan yang ada di kepalaku.  Semua binatang yang menjadi tujuan ku lontarkan ke udara. Anjing! Malam itu aku menangis sejadi-jadinya. Sesak! Sangat sesak!   Hatiku serasa dicabik-cabik oleh kenyataan bahwa aku belum bisa lepas dari bayangan dia sedangkan otakku ingin meraih dekapan lain. Tapi hati tidak bisa berbohong otakku tak bisa mengalahkan hati yang terpaut sakit dan waktu. Hati ini terlalu lama dikekang satu bayangan hingga dia untuk berpindah butuh waktu, Ku tarik nafas dalam-dalam dan coba menenangkan hati. Tuhan, aku tak sanggup menahan sakit seperti ini lebih lama! Aku tak ingin membawa orang lain terlibat dalam kekacauan ini.   Aku harus melepas semua ini pergi. Tak terkecuali! Aku ingin hidup tenang Tuhan! Aku ingin hidup tenang! Ku raih ponsel yang baru saja ku hempaskan dengan kasar ke dinding kamarku...

Yeyy.... 'Liburan' ke Jepang!

Shibuya Crossing Penutup perjalanan akhir tahun 2019, saya mendapatkan kesempatan untuk liputan ke Jepang. Siapa sih yang tidak ingin ke Jepang? Saya salah satunya. Masih saya ingat momen saat Bunkasai di kampus, dimana semua tentang Jepang dipaparkan di sana. Salah satu yang menarik adalah penyewan baju yukata dan berfoto dengan latar Sakura. Sangat terlihat lucu dan saya tidak ada uang untuk menyewanya. Maklum saya salah satu mahasiswa kere di lingkungan sana. Kemudian saya celetuk asal-asalan kepada teman-teman saya "ntar aja dehm, gue mau foto di negaranya langsung saja," Tentu itu adalah ucapan asal-asalan mahasiswa yang makan saja susah. Boro-boro main ke Jepang. Namun beberapa tahun kemudian Tuhan berkata lain, karena urusan pekerjaan saya berkesempatan berkunjung ke beragam tempat. Jepang salah satunya." Sekedar informasi, Jepang adalah salah satu negara yang bervisa untuk paspor Indonesia. Dan saya mohon maaf tida kemngetahu s...

Jelong-jelong ke Dua di Cebu, Filipina

Fort San Pedro di Cebu, Filipina Memasuki hari ke dua di Cebu, Filipina. Kegiatan kita hari adalah berkunjung ke sebuah pabrik olahan buah tropis bernama Profood International Corporation. Perusahaan ini memiliki tur bagi wisatawan yang penasaran dengan cara kerja perusahaan yang bergerak dalam pengeringan buah ini. Siapapun yang ingin datang bisa saja dan harus booking seminggu sebelum kedatangan. Tepat jam 5 gue bangun berkat alarm roomate gue, Riska yang membahana. Dengan tubuh pegal warbiasah gue mandi, shalat dan bersiap untuk sarapan di restoran hotel. Kita berangkatlah dengan minibus menuju Mango Factory ini. Sesampai disana kita langsung di ajak keliling mengintip tempat produksi. "No camera guys!" Yah, pada kali ini kita harus menggunakan mata dan telinga langsung. Perusahaan memiliki kebijakan untuk wisatawan agar tidak mengambil gambar di kawasan produksi. Supaya nggk di intip sama saingan kali ya? Kita masuk ke dalam ruang produksi. Gue meli...