Kucing yang pipis di kamarku tidak pernah datang lagi. Sedih, padahal bola-bolanya belum aku sentil.
Setiap keluar kosan, ku cari-cari lah si kucing. Kemana dia? Apa sudah menemukan tempat pembuangan hajat yang lebih baik?
Setahun berlalu dengan cepat. Tidak terasa aku mulai lupa dengan kamu. Namun tatkala hariku memburuk, foto tersenyummu menjadi obat gundahku.
Tidak ada chat. Tapi kamu tidak akan pernah tahu, jika aku menunggu momen yang tepat untuk berkomentar di media sosial mu? Hahaha.
Festival outdoor yang selalu ku tunggu-tunggu pun datang. Tidak sabar, karena aku ingin mengenang bagaimana senyummu 2 tahun yang lalu.
Benar saja. Kamu akan ke sana, begitu juga dengan aku. Akhirnya, momen penasaran seperti apa dirimu menjadi tujuanku esok.
Ratusan orangpun meramaikan kembali acara ini. Aku dejavu, akankah akan kehilangan kesempatan seperti yang lalu-lalu? Akankah pandanganku dihalangi serombongan orang yang datang entah dari mana, lagi?
Siang itu, kamu mengenakan kemeja dongker dan tak ketinggalan topi coklat di kepalamu. Hei, rambutmu yang pendek itu begitu cocok ditutupi.
Sebelum ku lambaikan tangan kepadamu, ku biarkan beberapa detik menatap wajahmu. Sial, senyum itu di depan mataku.
Ingin rasanya jantungku keluar di setiap langkah kau mendekat. Untung saja ada masker yang menutupi wajah yang sudah memerah menahan gelora.
"Hai"
Sapaan basa basi dan kau duduk di belakangku. Seperti pertama kali, kau hempaskan barangmu di atas kursi dan kau lemparkan senyuman itu. Lagi!
Baik.
Tenang...
Tenang...
Tenang...
Tenang...
Tenang...
Tenang...
Aku tidak bisa tenang!
Tenang...
Tenang...
Tenang...
Tenang...
Oke otakku, okey jantungku. Ini bukan waktunya untuk gugup. Santai!
Kita bercakap panjang. Bahkan ada sambungannnya di sore hari.
Hari itu, aku menatap lama tanpa sepengetahuanmu. Ku curi pandang untuk menculik senyumanmu. Memang mataku tidak pernah bohong.
"Aku menunggu senyuman kamu,"
Ku tatap lama-lama matamu di setiap hela bicara. Dan kau membalas tatapanku. Beberapa detik saja.
Kita tertawa dan kau kembali hentikan aku dengan senyumanmu.
Ingin rasanya setelah ini ku cari kucing yang pipis di depan kamarku dan ku kecup-kecup.
Malam itu, aku mendapatkan senyumanmu.
Setiap keluar kosan, ku cari-cari lah si kucing. Kemana dia? Apa sudah menemukan tempat pembuangan hajat yang lebih baik?
Setahun berlalu dengan cepat. Tidak terasa aku mulai lupa dengan kamu. Namun tatkala hariku memburuk, foto tersenyummu menjadi obat gundahku.
Tidak ada chat. Tapi kamu tidak akan pernah tahu, jika aku menunggu momen yang tepat untuk berkomentar di media sosial mu? Hahaha.
Festival outdoor yang selalu ku tunggu-tunggu pun datang. Tidak sabar, karena aku ingin mengenang bagaimana senyummu 2 tahun yang lalu.
Benar saja. Kamu akan ke sana, begitu juga dengan aku. Akhirnya, momen penasaran seperti apa dirimu menjadi tujuanku esok.
Ratusan orangpun meramaikan kembali acara ini. Aku dejavu, akankah akan kehilangan kesempatan seperti yang lalu-lalu? Akankah pandanganku dihalangi serombongan orang yang datang entah dari mana, lagi?
Siang itu, kamu mengenakan kemeja dongker dan tak ketinggalan topi coklat di kepalamu. Hei, rambutmu yang pendek itu begitu cocok ditutupi.
Sebelum ku lambaikan tangan kepadamu, ku biarkan beberapa detik menatap wajahmu. Sial, senyum itu di depan mataku.
Ingin rasanya jantungku keluar di setiap langkah kau mendekat. Untung saja ada masker yang menutupi wajah yang sudah memerah menahan gelora.
"Hai"
Sapaan basa basi dan kau duduk di belakangku. Seperti pertama kali, kau hempaskan barangmu di atas kursi dan kau lemparkan senyuman itu. Lagi!
Baik.
Tenang...
Tenang...
Tenang...
Tenang...
Tenang...
Tenang...
Aku tidak bisa tenang!
Tenang...
Tenang...
Tenang...
Tenang...
Oke otakku, okey jantungku. Ini bukan waktunya untuk gugup. Santai!
Kita bercakap panjang. Bahkan ada sambungannnya di sore hari.
Hari itu, aku menatap lama tanpa sepengetahuanmu. Ku curi pandang untuk menculik senyumanmu. Memang mataku tidak pernah bohong.
"Aku menunggu senyuman kamu,"
Ku tatap lama-lama matamu di setiap hela bicara. Dan kau membalas tatapanku. Beberapa detik saja.
Kita tertawa dan kau kembali hentikan aku dengan senyumanmu.
Ingin rasanya setelah ini ku cari kucing yang pipis di depan kamarku dan ku kecup-kecup.
Malam itu, aku mendapatkan senyumanmu.
Komentar
Posting Komentar